Tampilkan di aplikasi

Catatan tim kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Myanmar, derita hidup serba terbatas

Majalah Swara Cinta - Edisi 71
18 September 2017

Majalah Swara Cinta - Edisi 71

Misi kemanusiaan yang kami emban di Myanmar ini amat memberikan pelajaran yang luar biasa. Berdialog langsung dengan para pengungsi muslim di Sittwe mengentak dada kami.

Swara Cinta
Jam menunjukkan pukul 09.10 saat kami tiba di kamp pengungsian muslim Dar Paing, Kota Sittwe, Negara Bagian Rakhine, Myanmar pada Sabtu 10 Desember lalu. Pagi hari memang, tapi pancaran matahari bak pukul 12.00 siang waktu Jakarta. Terik nan menyilaukan mata. Sejurus turun dari mobil, pandangan para pengungsi kamp Dar Paing tertuju ke kami. Pandangan pertama mereka tanpa ekspresi.

Mereka tampak seolah mendugaduga, “Siapa gerangan orang-orang asing yang datang ini”. Lantas kami perlahan mendekat, berkomunikasi. “Kami dari Indonesia. Kami datang untuk menyalurkan bantuan dari masyarakat Indonesia kepada kalian yang berada di sini,” kata Fadilah Rachman, Koordinator Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Myanmar.

Mendengar ucapan Fadil yang diterjemahkan Aung Soe Moe, staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yangon asal Myanmar yang mendampingi kami, ekspresi para pengungsi sontak berubah. Senyum terukir dari wajah. Sorotan mata Derita Hidup Serba Terbatas Pengungsi Rohingya CATATAN TIM KEMANUSIAAN DOMPET DHUAFA UNTUK MYANMAR berbinar ceria. Sebagian mereka mengajak pengungsi lainnya untuk mendekat. Kami sontak dikerumuni para pengungsi terutama anak-anak.

Aura kebahagiaan pun tampak. Kami kemudian bertanya apa yang mereka butuhkan. Rupanya makanan pokok menjadi kebutuhan vital saat ini—bahkan mungkin seterusnya. Kebutuhan mereka pun menjadi prioritas bantuan yang kami salurkan. “Kami sudah tinggal di sini dari 2012 sejak dimulainya krisis kemanusiaan Myanmar. Kami mengungsi dari daerah kami ke kamp ini,” ujar Tei Mo, salah seorang pengungsi di kamp Dar Paing.

Sejak krisis kemanusiaan Myanmar bergejolak tahun 2012 itu, hidup mereka menjadi sulit. Mereka hidup serba dalam keterbatasan. Sepanjang pemantauan kami, kondisi para pengungsi memprihatinkan. Mereka terisolasi dan tidak bisa berbuat banyak.
Majalah Swara Cinta di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI