Tampilkan di aplikasi

Jika tata ruang dikalahkan tata uang

Majalah Swara Cinta - Edisi 73
18 September 2017

Majalah Swara Cinta - Edisi 73

Yoga menilai, luapan air di ibukota merupakan banjir lokal akibat semakin minimnya daerah resapan yang telah berubah menjadi bangunan atau peruntukan lain dan tidak berfungsinya dengan baik saluran air atau gorong-gorong.

Swara Cinta
Selain cuaca ekstrim, ulah manusia berupa eksploitasi lahan berlebihan dan bahkan menyimpang dari tata ruang menjadi penyebab bencana alam selama ini. Aparat terkait dan masyarakat diminta waspada, mengingat hujan lebat diperkirakan masih mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya. Juga Aceh, Lampung dan Jawa Timur hingga Maret mendatang.

Sedangkan ombak setinggi dua sampai tiga meter akan melanda perairan Sulawesi, Halmahera dan Papua. Di wilayah ibukota, sejak Rabu 21 Februari lalu, air menggenangi kawasan Kali Deres, Jakarta Barat dan nyaris meluap ke badan Jalan Daan Mogot. Sedangkan akibat luapan Kali Sunter, 1.000 warga Cipinang Indah dan Cipinang Timur, Jakarta Timur mengungsi di kompleks Universitas Borobudur.

Kawasan perumahan di Kelurahan Bintara Jaya, Harapan Jaya dan Perumahan Bumi Naso Indah di Bekasi juga tidak luput dari sapaan banjir, Selasa 22 Februari lalu sehingga menutup akses lalu-lintas ke dan dari kawasan itu. Genangan air membuat kemacetan lalulintas bertambah parah, ditambah lagi karena sejumlah stasiun KRL di Jakarta Kota, Kampung Bandan, Kalideres, Rawa Buaya danTebet ikut terendam sehingga berhenti beroperasi beberapa jam.

Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga menilai, lemahnya penegakan hukum merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai penyimpangan yang memicu banjir, seperti pengalihan peruntukan lahan atau kebiasaan membuang sampah semaunya.“Harus ada effek penjeraan, “ ujarnya.
Majalah Swara Cinta di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI