Bulan Ramadhan telah datang membawa kebaikan. Tamu istimewa yang ditunggu sepenuh rindu setiap tahunnya. Bahkan banyak doa dipanjatkan agar kembali diberikan kesempatan untuk untuk berjumpa dan merasakan manisnya iman. Dalam sebuah hadis tentang bulan Ramadhan; Malaikat berseru: Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Dan yang menginginkan keburukan, berhentilah. (HR. Turmudzi dan Nasa’i).
Dari bulan suci Ramadhan ini terkandung banyak pelajaran ekonomi sebagai salah satu hikmahnya. Dalam sebuah buku kecil yang ditulis Dr. Dawwaba (2008) berjudul Durus Iqtishodiyyah Min Ramadhan yang artinya pelajaran ekonomi dari bulan Ramadhan, PELAJARAN EKONOMI DARI BULAN RAMADHAN disebutkan beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik, antara lain: 1. Ramadhan bulan suci yang membangun empati terhadap fakir miskin.
Ramadhan adalah momen yang paling berharga dan tepat untuk merasakan apa yang dirasakan oleh para faqir miskin yang hidup dalam kekurangan. Rasa lapar dan haus saat berpuasa pastinya menghadirkan pengalaman atas apa yang dialami fakir miskin di luar puasa dalam hidupnya sehari-hari. Bukan hanya sebulan, melainkan bertahun-tahun. Kalau pun mereka melakukan puasa di luar bulan Ramadhan, itu karena terpaksa, tidak ada yang bisa dimakan atau diminum sebab kondisi ekonomi mereka yang terpuruk.
Pengalaman atas perasaan tersebut akan mendorong dan menstimulus semangat berbagi yang tinggi, karena saat lapar dan haus kita berharap ada orang lain yang mau berbagi. Begitu pula saat kita dalam keadaan susah serta serba kekurangan, sementara kemampuan kita terbatas, maka sekecil apapun pemberian orang lain akan terasa besar dan berharga. Dengan kata lain, bulan Ramadhan bisa menjadi waktu untuk menempa diri dan berlatih dalam hal empati dan berbagi terhadap sesama untuk keberkahan ekonomi.
