Membangun bisnis pembiakan di kelompok tani bukanlah hal yang tidak mungkin diimplementasikan. Namun, dalam menjalankan bisnis pembiakan sapi BX, banyak faktor pendukung yang harus diterapkan. ACCB atau Indonesia-Australia cial Cattle Beeding Program penelitian terapan selama 4 tahun melakukan Commerdalam program pembiakan sapi Brahman Cross (BX) bersama dengan para mitranya.
Penelitian hanya berfokus pada sapi BX, yang telah menjadi kesepakatan antara Indonesia dan Australia. Keputusan ini dipilih karena Indonesia masih mengimpor sekitar 100 ribu ekor sapi BX, kemudian dilakukan uji coba pembiakan di Indonesia.
Demi melihat kelayakan komersial dan breeding atau pembiakan sapi BX, Direktur IACCB Paul Boon mengutarakan bahwa pihaknya mengamati secara detail parameter yang ada. “Parameter pertama adalah mengenai produktivitas. Hal ini nantinya berkaitan dengan skor kondisi tubuh, tingkat penyapihan, dan kenaikan bobot badan per hari. Beragam komponen tersebut dipantau sejak sapi datang, hingga memasuki tahun ketiga dan keempat,” ujar dia dalam sebuah seminar virtual, beberapa waktu lalu.
Parameter berikutnya merupakan kelompok finansial yang meliputi biaya produksi sapi bakalan, arus kas positif dan tingkat pembelian internal. Terakhir, adalah parameter organisasi yang meliputi manfaat sosial, keamanan dan manajemen. “Jadi, kita lihat usaha ini memiliki manfaat sosial, bermanfaat pula untuk masyarakat sekitar perusahaan atau masyarakat desa. Dalam artian, dapat menjadi ladang pekerjaan bagi mereka,” Boon melanjutkan.
Dari segi keamanan, harus diperhatikan apakah jumlah sapi meningkat di pedesaan atau di sekitar perusahaan kelapa sawit. Wajib ditilik juga, apakah keberadaan sapi dapat merugikan orang lain, menimbulkan sebuah kasus di lingkungan sekitar atau ada gangguan yang berdampak terhadap pembiakan sapi komersial ini.
