Jika surga akhirat sangat didambakan, ternyata “surga dunia” tentunya dibutuhkan. Surga dunia yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup, yang bisa jadi, didapat berkat keluarga harmonis, anakanak berbakti, kesehatan prima, kekayaan, karir cemerlang, bisnis sukses, ataupun kebermanfaatan terhadap sesama. Kalau saja salah satu atau beberapa dari hal ini terjadi sebaliknya, maka bisa jadi “neraka dunia” yang dirasakan.
Ternyata, salah satu teladan Rasulullah saw dalam menjemput surga dunia dan surga akhirat kelak adalah dengan menafkahkan harta kita di jalan Allah SWT, dan membantu sesama yang membutuhkan dengan bersedekah. Ibarat proses jual beli, maka dapat dianalogikan seolah-olah surga dunia dan surga akhirat dapat dibeIi dengan harta.
Membeli Surga Dunia-Akhirat dengan Berwakaf Bagaimana dengan wakaf? Wakaf ternyata adalah sedekah istimewa yang tidak hanya dalam konteks menolong sesama, tetapi juga membangun ekonomi umat, serta memberikan pahala tanpa batas kepada mereka yang melaksanakannya. Bahkan, derajat wakaf disejajarkan Rasulullah dengan Ilmu yang bermanfaat serta anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya.
Rasululan bersabda, “Ketika manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amal pahalanya, kecuali dari perkara: sedekah jariyah (wakaf ), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh.” (HR Muslim)
Banyak ulama yang menegaskan bahwa derajat kedermawanan seseorang, dilihat dari seberapa besar nilai wakaf yang ia laksanakan. Karena, jika zakat adalah wajib dan sedekah sebagai kebutuhan melancarkan keberkahan hidup, maka wakaf mencerminkan kekuatan iman seseorang dalam mencintai Allah dan umatnya di atas kepentingan pribadinya. Mengingat, seorang yang berwakaf telah mengikhlaskan harta terbaik yang dicintainya berubah menjadi kepemilikan umat.
