Tampilkan di aplikasi

Bulir-bulir harapan diwakaf ketahanan pangan

Majalah Wakaf Daarut Tauhid - Edisi 13
22 Maret 2019

Majalah Wakaf Daarut Tauhid - Edisi 13

Tak mau kalah dengan ayam berkokok, usai melaksanakan salat Subuh, Pak Petani kemudian bersiap dan bergegas pergi ke sawah untuk melihat persediaan air.

Wakaf Daarut Tauhid
Mentari baru saja beranjak dari peraduannya. Wangi tanah pesawahan bercampur embun pagi seketika menyeruak ketika pintu dan jendela rumah dibuka. Tak mau kalah dengan ayam berkokok, usai melaksanakan salat Subuh, Pak Petani kemudian bersiap dan bergegas pergi ke sawah untuk melihat persediaan air. Maklum saja, hujan jarang turun sehingga para petani terpaksa mengairi sawahnya dari air sungai yang jaraknya cukup jauh dari sawah garapannya.

Di area lain, para petani yang didominasi ibu-ibu usia empat puluh tahun ke atas ini sedang bersiap membersihkan sawah dari tanam-tanaman liar, atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah “ngarambet”. Di petak sawah lainnya, tampak bapakbapak menyiapkan pupuk dan alat “gangsrok”.

Canda-tawa sesekali terdengar di antara ibu-ibu yang harus berbungkuk mengambil tanaman liar. Seolah tak merasa pegal, mereka tampak menikmati aktivitasnya itu dari hari ke hari, hingga petak-petak sawah yang digarapnya bersih.

Seteko teh hangat, ketan atau gorengan dan beberapa potong pepaya tersaji di atas “galengan” sawah. Inilah “ompreng” yang mereka nikmati ketika berjam-jam membungkukkan badan untuk membersihkan sawah. Dengan penuh kegembiraan, mereka menyantap semua hidangan dan berharap, benih padi yang dirawatnya tumbuh subur sehingga mereka bisa menikmati jerih payahnya saat panen raya tiba.
Majalah Wakaf Daarut Tauhid di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI