Tampilkan di aplikasi

Merdeka dari cinta harta

Majalah Wakaf Daarut Tauhid - Edisi 30
12 Agustus 2019

Majalah Wakaf Daarut Tauhid - Edisi 30

Wakaf Daarut Tauhid

Wakaf Daarut Tauhid
Mencintai dan memiliki harta adalah fitrah yang ada pada setiap manusia. Bukan untuk diingkari, apalagi dinafikan. Islam tidak mengajarkan umatnya gaya hidup asketik atau hidup layaknya pertapa. Boleh sederhana dalam menjalani hidup, tapi bukan berarti hidup melarat.

Allah SWT sangat memahami kecenderungan manusia pada harta. Sebagaimana firmannya dalam Surah Ali Imran [3] ayat 14: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).” Selain pada perempuan (pasangan hidup) dan anakanak (keturunan), ayat ini sangat gamblang memaparkan kecenderungan manusia untuk menyukai harta yang dalam ayat tersebut dicontohkan sebagai emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.

Jadi, tidak ada yang salah dengan mencintai harta sepanjang tidak berlebihan. Apa ciri berlebihan mencintai harta? Cirinya, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya hanya untuk memuaskan nafsu. Bukannya menggunakan harta sebagai wasilah atau sarana baginya agar semakin dekat dengan Allah, tapi malah keberadaan harta menumbuhkan sifat kikir dalam dirinya.

Harta yang ia miliki pun membuatnya lalai mengingat Allah. Padahal, Allah Ta’ala telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartahartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. al-Munaafiquun [63]: 9)
Majalah Wakaf Daarut Tauhid di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI