Pasar modal menjadi salah satu jalur alternatif pendanaan bagi perusahaan. Investor dalam maupun luar negeri memiliki fleksibilitas untuk menentukan perusahaan melalui perdagangan di pasar modal. Oleh karena itu, aspek fundamental perusahaan/emiten bagi perusahaan sangat penting. Pasalnya, investor akan sangat mempertimbangkan aspek fundamental dalam menentukan pilihan.
Dalam riset Warta Ekonomi “Indonesia Best Public Companies 2018” dilakukan riset kuantitatif yang berdasar dari penilaian kinerja fundamental emiten dan aktifitas perdagangan saham. Aspek fundamental di antaranya melihat profit dan pertumbuhannya, juga rasio-rasio keuangan yang dapat mencerminkan kinerja perusahaan.
Sementara, aktifitas perdagangan di antaranya menyangkut frekuensi dan value transaksi, serta aspek earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER). Kombinasi penilaian tersebut menghasilkan perusahaan-perusahaan yang dilihat dari berbagai kategori.
Dalam aspek makro ekonomi, pasar modal memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Wajar saja, pemerintah maupun otoritas lainnya—yang berhubungan dengan pasar modal—terus mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari pasar modal. Tidak hanya investor besar saja yang main di pasar modal, tetapi kelompok masyarakat lainnya terus diberikan stimulus untuk menginvestasikan kekayaannya di sana.
BUMN menjadi salah satu kelompok emiten yang menarik. Dalam pidatonya di malam penganugerahan “Indonesia Best Public Companies 2018”, Deputi Menteri Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro, menyebutkan ada 4 BUMN yang menempati kapitalisasi besar, yakni Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Telkom. Memang ada 32 emiten dari BUMN yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun kapitalisasi pasar di luar yang terbesar tersebut harus bekerja keras untuk bersanding dengan 4 emiten tadi. Ia menyebutkan, jumlah emiten BUMN tersebut menguasai seperempat dari seluruh kapitalisasi pasar di bursa efek.
Pemilik saham perusahaan BUMN terus mendorong perusahaan, baik BUMN dan anak-anak perusahaannya.
Karena dari sisi kebutuhan pendanaan masih sangat besar dibutuhkan oleh mereka untuk pengembangan strategis perusahaan, terlepas ada sumber pendanaan lainnya yang dari perbankan.