Industrialisasi yang memberikan nilai tambah pada barang/jasa akan berdampak baik bagi perekonomian. Tahap yang menjadikan sektor industri berdaya saing harus melewati perjalanan seiring kematangan sumber daya, baik dari dalam negara bersangkutan maupun sokongan luar.
Industri di Indonesia menjadi salah satu sektor yang memiliki kontribusi relatif besar, harapannya supaya dapat terus memberi lebih. Seiring perkembangannya, teknologi kini mampu mendorong berbagai lompatan di sektor industri. Tahun lalu, Kementerian Perindustrian dengan semangat meningkatkan daya saing industri di Indonesia meluncurkan peta jalan “Making Indonesia 4.0.” Berdasarkan publikasi yang dirilis oleh kementerian, industri manufaktur menargetkan akan berkontribusi 21-26% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2030 mendatang.
Adapun yang menjadi sorotan dan pemantik pertumbuhan tersebut adalah Revolusi Industri 4.0 dengan menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi canggih, seperti artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), wearables, robot, dan 3D printing.
Saat ini, pemerintah memfokuskan implementasi teknologi pada lima sektor utama, yakni makananminuman, tekstil-pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Evaluasi akan dilakukan setiap tiga hingga empat tahun oleh pemerintah. Industri yang mengadopsi teknologi tersebut memang harus memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi. Setiap proses produksi yang dilalui mengandung nilai tambah pada barang/produk.
Smart factory adalah salah satu pilar yang menentukan kesuksesan program Making Indonesia 4.0. Ini diharapkan membuat daya saing dan kualitas produk dalam negeri semakin meningkat di era globalisasi.
