Tidak dimungkiri Artificial Intelligence (AI) mulai banyak dimanfaatkan secara riil dalam keseharian, salah satu yang paling populer dalam 2-3 tahun ini dalam bentuk conversational AI atau lazim disebut chatbot. Umumnya AI tersebut dipadukan dengan Natural Language Processing (NLP) dan Machine Learning (ML) untuk mampu mengakomodasi pertanyaan-perta- nyaan dari customer perusahaan.
NLP atau pemrosesan ba- hasa manusia/alami (NLP) sendiri, singkatnya cabang ilmu dari AI yang bersinggungan dengan linguistik (bahasa) komputasional, diantaranya segmentasi tu- turan (speech segmentation), segmentasi teks (text segmentation), penandaan kelas kata (part-of-speech tagging), serta pengawataksaan makna (word sense disambiguation).
NLP memungkinkan model komputasi dari bahasa sehingga mesin mampu untuk me- ngerti dan memahami mak- na dari bahasa manusia dan merespon dengan sesuai sehingga terjadilah interaksi antara komputer dengan manusia. Tercatat, saat ini ada sekitar 10 perusahaan penyedia layanan chatbot, yakni Kata. ai, EVA, AiChat, Bahasa.ai, Botika, Lenna.ai, Inmotion, Vutu-ra, BJTech dan Prasa. ai. Munculnya berbagai pemain ini seiring meningkatnya minat dan permintaan terhadap model laya- nan otomasi mulai banyak oleh perusahaan besar.
Selain untuk efisiensi, dari sisi ROI dinilai lebih menguntungkan, apalagi jika disokong teknologi funda- mental yang kuat (teknologi algoritma, infrastruktur komputasi awan dan big data). CEO Kavlink Solution Digi- tal yang juga founder komunitas chatbotindonesia.com, Juanda Rovelim, menaksir nilai pasar bisnis chatbot di Indonesia tidak kurang dari Rp50 miliar.
