Gambar bisa menyampaikan banyak pesan. Sayang data berupa gambar di Indonesia selama ini belum banyak bisa dimanfaatkan. Acara International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group (WB) Annual Meeting di Bali pada 8-14 Oktober 2018 silam menjadi salah satu momen tak terlupakan bagi Faris Rahman.
Bagaimana tidak, pada momen bertaraf internasional tersebut, perusahaan startup besutan Faris dan temannya, Meidy Fitranto, mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk unjuk kebolehan. Startup yang diberi nama Nodeflux itu oleh pihak panitia dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dipercaya untuk membantu penyelenggaraan acara sesuai dengan dunia yang selama ini secara khusus digelutinya; artificial intelligence (AI).
Secara lebih spesifik, Nodeflux memfokuskan wilayah kerjanya dalam hal computer vision, yaitu teknologi turunan dari AI yang berkaitan dengan data visual, baik itu berupa gambar (image) maupun video yang notabene merupakan kumpulan dari banyak frame gambar. “Sama seperti AI pada umumnya, kami masukkan sebanyak-banyaknya data agar komputer bisa belajar dari sana dengan menggunakan deep learning dan juga machine learning.
Hanya saja, dalam hal ini, kami menspesialisasikan jobdesk kami di ranah data visual, atau biasa juga disebut Intelligent Video Analitics (IVA),” ujar Faris, dalam satu kesempatan berbincang dengan Warta Ekonomi, beberapa waktu lalu. Dalam acara yang dihadiri sedikitnya 3.500 delegasi dari 189 negara itu, Nodeflux dipercaya membantu dalam hal keamanan.
Setidaknya ada dua teknologi turunan yang digunakan, yaitu License Plate Recognition (LPR) dan juga teknologi pengenalan wajah (face recognition/FR). LPR diandalkan untuk merekam dan mendeteksi plat kendaraan yang keluar-masuk lokasi acara. Selanjutnya, gambar plat kendaraan yang diambil menggunakan jaringan closedcircuit television (CCTV) dicocokkan dengan database kendaraan nasional yang dimiliki oleh Polri.
