Ekonomi global masih mengalami tantangan karena masih belum redanya perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok serta gejolak nilai tukar di negara berkembang pada tahun 2018.
Lanskap bisnis juga mengalami perubahan yang masif akibat kecepatan perubahan teknologi digital. Bisnis properti juga mendapatkan efek dari kondisi ekonomi nasional dan global. Pada 2019, bisnis properti akan banyak menghadapi berbagai peristiwa dan tantangan.
Beberapa pengamat dan pelaku industri menyatakan bahwa iklim investasi akan tetap tumbuh di tahun 2019. Daya beli masyarakat pada tahun 2019 secara umum diprediksi cenderung meningkat, terutama dari kelompok usia milenial.
Kalangan milenial ini sudah mulai tertarik untuk membeli produk properti, baik untuk konsumsi, maupun bisnis.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa jumlah milenial akan mencapai 90 juta jiwa pada 2020. Kelompok milenial merupakan kelompuk usia produktif yang menjadi tulang punggung ekonomi sekaligus menjadi target utama pasar properti Indonesia saat ini.
Para pelaku industri optimistis bahwa bisnis properti tahun 2019 akan lebih baik dan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran angka 10%. Optimisme ini didasari atas pengembangan berbagai proyek infrastruktur yang sedang dibangun dan beberapa akan beroperasi tahun 2019 ini.
Sebut saja Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, dan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Dengan adanya MRT dan LRT ini akan memacu maraknya pembangunan hunian berkonsep transit oriented development (TOD). Konsep ini mensyaratkan hunian yang terintegrasi dengan pusat kegiatan perekonomian dan sarana transportasi umum.
Selain itu, pelaku industri juga optimistis bahwa industri properti akan tumbuh positif karena masih tingginya angka kebutuhan rumah yang belum terpenuhi atau backlog. Khususnya kebutuhan rumah bagi segmen masyarakat kelas menengah ke bawah. Warta Ekonomi pada tahun 2019 ini memberikan apresiasi kepada pelaku industri properti terbaik di Indonesia.
