Tampilkan di aplikasi

Masa-masa sulit Garuda Indonesia

Majalah airmagz - Edisi 35
14 Maret 2018

Majalah airmagz - Edisi 35

Garuda Indonesia dipastikan tidak akan menyetor dividen kepada negara pada tahun 2018. / Foto : Istimewa

airmagz
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno menyatakan jumlah perusahaan yang merugi pada akhir tahun 2017 mencapai 13-14 perusahaan. Dari jumlah itu, ada dua BUMN yang mengalami kerugiannya sangat besar, yaitu Garuda Indonesia dan Krakatau Steel. Dan seperti yang diduga sebelumnya, Garuda-lah yang menempati posisi teratas dalam mencetak angka kerugian.

Konon, angka kerug ian Garuda Indonesia saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 2 triliun. Bahkan ada juga yang menyebut angkanya hampir mencapai Rp 4 triliun. Tak mengherankan bila Menteri Keuangan Sri Mulyani pada bulan Agustus 2017 lalu sempat menyatakan bahwa Garuda Indonesia dipastikan tidak akan menyetor dividen kepada negara pada tahun 2018.

Tak ayal, kondisi ini membuat Rini Soemarno gerah. Rini menemukan banyak hal yang menyebabkan Garuda Indonesia terus menderita kerugian, di antaranya karena tidak bisa bersaing harga dengan maskapai lain. Sang menteri lalu meminta manajemen Garuda berbenah diri secara besar-besaran.

Bahkan beberapa waktu lalu Rini juga menyampaikan peringatan serius kepada manajemen Garuda. Ia memberikan waktu enam pekan kepada Garuda untuk melakukan kajian dan menyusun strategi, baik strategi jangka pendek maupun jangka panjang.

Celotehan Si ‘Rajawali Ngepret’ Rizal Ramli. Ancaman bangkrut yang tengah mengintai Garuda mengingatkan kita pada “ramalan” Rizal Ramli yang terkenal jurus “Rajawali Ngepretnya” pada Agustus 2015 lalu. Waktu itu, selang sehari pasca dilantik menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal meminta Garuda membatalkan rencana pembelian sejumlah pesawat berbadan lebar.
Majalah airmagz di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI