Merawat Kedamaian
Rasa aman adalah nikmat tak terperikan. Saat rasa aman dan kedamaian meliputi sebuah negara, maka itu adalah sebaik-baik kenikmatan. Dalam pandangan Islam, kenikmatan dunia hanya terkumpul pada tiga hal, yaitu (1) rasa aman dan damai di mana dia tinggal, (2) fisik yang sehat, dan (3) kecukupan pangan. Siapa saja yang diberi anugerah tiga hal itu, maka dia telah menggapai seluruh kenikmatan dunia.
Hari ini, kita hidup di negara yang aman dan damai, Indonesia. Sudah tentu, ini menjadi nikmat yang patut disyukuri. Agar terus mendapatkan nikmat ini, setiap warga negaranya tentu punya tanggung jawab bersama dalam merawat keamanan yang telah tercipta di negara ini. Setajam apa pun perbedaan pandangan politik, jangan sampai hal itu mengoyak rasa aman serta mengubur kedamaian. Politik jangan sampai membutakan mata hati, menjauhkan diri dari akhlak nan penuh adab.
Kita memang bisa berseberangan dengan siapa saja. Namun perlu diingat, ukhuwah harus tetap kita jaga. Demikian juga perbedaan pandangan dengan pemerintah kita. Karena yang menjalankan roda pemerintahan adalah manusia, sudah tentu sebuah pemerintahan tidak ada yang sempurna. Kebijakannya bisa jadi banyak cela. Namun, ketika kita berseberangan secara politik, tidak berarti kita berdiri layaknya oposan politik. Nyinyir dan terus-menerus mencari-cari kejelekannya.
Ada hal besar yang harus kita prioritaskan, yakni rasa aman bagi semua pihak. Itulah kemaslahatan yang harus kita jaga. Jangan sampai karena kita tidak bisa menahan lisan atau postingan kita di media sosial, suhu politik jadi kian memanas. Menebar kebencian dan hoax, untuk saling menjatuhkan. Maksud hati ingin membela agamanya, namun karena tidak dibarengi adab, yang jadi korban justru agama Islam. Sering dibawa-bawa dan simbol-simbol keagamaannya dihina begitu rupa, ketika “yang berseberangan” membela idola politiknya dengan penuh membabi buta.
Suasana panas seperti ini, tentu amat disayangkan muncul di negara Indonesia yang telah mengenyam kedamaian selama berpuluh-puluh tahun. Kita hidup di negara yang penuh keragaman. Sudah semestinya kita menjaga kedamaian itu dengan benar, saling menghormati tanpa harus “lompat pagar”. Akidah tetap jadi pijakan ketika berbicara dan merawat kedamaian.