Tampilkan di aplikasi

Buku Basya Media Utama hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Bunga Rampai Moderasi Beragama

Memaknai Teologi Kebangsaan

1 Pembaca
Rp 79.000 26%
Rp 58.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 175.500 13%
Rp 50.700 /orang
Rp 152.100

5 Pembaca
Rp 292.500 20%
Rp 46.800 /orang
Rp 234.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya warga kota Pasuruan, upaya kolosal perlu dilakukan agar terwujud cita-cita bersama, karena kota Pasuruan sudah membawa moto inklusif "Madinah Van Java" atau kota Madinah yang berhubungan dengan nilai-nilai inklusivitas universal, maka kita semua harus mendukungnya dengan kualifikasi dan kompetensi masing-masing.

Atas konsiderasi kota Madinah yang bercirikan pluralistik dan inklusif ini, maka perlu digalakkan literasi agama dalam bentuk moderasi beragama dan toleransi yang mengarah ke Teologi Kebangsaan. Jejak-jejak menuju Teologi Kebangsaan ini merupakan tujuan nasional yang tidak akan mempermasalahkan dualisme agama dan negara karena keduanya harus saling mengisi.

Buku ini menarik untuk dibaca oleh siapapun yang ingin menciptakan living together in harmony karena berisi beragam perspektif tentang interelasi antara agama dan negara, termasuk moderasi beragama dan toleransi dalam bingkai NKRI.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Imade Gangga / Mohammad Nailur Rochman / H. Ali Iqbal / Dr. Nor Salam / Dr. H. Abdulloh Shodiq / Abu Nasir / H. Muhammad Ali / H. Moh Arif Arwani / Hartono / Pdt. Harry Mulyono / H. Makmur Salim / Ignatius Hermono Budhisantoso / Herman Felany / KH. Much. Dhofir / Hakam Hamidi / Agus Harianto / Anang Abdul Malik / WS (Wenshi) Yudhi Dharma Santoso / Moh. Isnaini Yulad / Muhammad Anis
Editor: Agus Harianto / Moh. Isnaini Yulad

Penerbit: Basya Media Utama
ISBN: 9786239809164
Terbit: November 2021 , 137 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya warga kota Pasuruan, upaya kolosal perlu dilakukan agar terwujud cita-cita bersama, karena kota Pasuruan sudah membawa moto inklusif "Madinah Van Java" atau kota Madinah yang berhubungan dengan nilai-nilai inklusivitas universal, maka kita semua harus mendukungnya dengan kualifikasi dan kompetensi masing-masing.

Atas konsiderasi kota Madinah yang bercirikan pluralistik dan inklusif ini, maka perlu digalakkan literasi agama dalam bentuk moderasi beragama dan toleransi yang mengarah ke Teologi Kebangsaan. Jejak-jejak menuju Teologi Kebangsaan ini merupakan tujuan nasional yang tidak akan mempermasalahkan dualisme agama dan negara karena keduanya harus saling mengisi.

Buku ini menarik untuk dibaca oleh siapapun yang ingin menciptakan living together in harmony karena berisi beragam perspektif tentang interelasi antara agama dan negara, termasuk moderasi beragama dan toleransi dalam bingkai NKRI.

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebihan saat mengimplementasikan. Moderasi beragama akan bijaksana dipahami sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang paripurna dimana setiap warga masyarakat, baik suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politik harus mau saling mendengar satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan diantara mereka.

Moderasi beragama sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan karena dengan menjaga kebersamaan ada sikap tenggang rasa yang akan menghantarkan seseorang untuk bisa hidup rukun dan sejahtera. Dalam khasanah moderasi beragama ada indikatorindikator yang mengukuhkan eksistensinya, yaitu sikap tawazun (berkeseimbangan), i’tidal (lurus dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif).

Indikator di atas menunjukkan betapa moderasi beragama menjadi sesuatu yang penting dilakukan karena faktor-faktor internal dan eksternalnya sangat mendukung terciptanya perilaku inklusif dan bijak. Dengan sifat-sifat atau karakter di atas yang menawarkan relasi sosial yang inklusif menjadi satu pedoman bagi siapa pun agar mampu menciptakan perilaku bijak dalam bingkai budaya keadaban (culture of civility). Sikap i’tidal, tasamuh, dan musawah merupakan pondasi inklusivitas dalam kiprah moderasi beragama.

Ketika berinteraksi dengan sesama manusia atau makhluk lain, hal yang bisa dilupakan adalah bagaimana pola interaksi yang perlu dijalankan agar tercipta kenyamanan bagi semua pihak. Dalam proses interaksi dibutuhkan sifat-sifat lainnya, yaitu syura, ishlah, auliwiyah, tathawwur dan ibtikar. Sifat-sifat ini menghantarkan seseorang menuju perilaku interaksional yang bisa diterima semua pihak.

Karena berinteraksi dengan pihak lain, maka perlu kebersamaan dalam sebuah komitmen yang utuh untuk meraih cita-cita bersama menuju grand design mewujudkan cita-cita bangsa sesuai amanat Sila Kelima dalam Pancasila yang berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Inilah cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang terkodifikasi dalam sebuah Konstitusi negara. Langkah-langkah seperti ini akan mengarah ke implementasi moderasi beragama dengan baik.

Selain itu, ada pola integrasi lain yang perlu dilakukan dalam melakukan moderasi beragama agar lebih mudah menerapkannya. Salah satu langkah integratif adalah dengan melibatkan literasi agama dalam realitasnya. Diakui atau tidak, literasi agama ini akan menjadi satu alternatif pendidikan moral jika dilakukan dengan baik. Dengan kata lain, ia akan menjadi ‘ajaran yang hidup’ (the living teachings) di tengah-tengah masyarakat akan tetapi juga menjadi pondasi untuk menopangnya.

Cucu Nurzakiyah (2018) dalam Literasi Agama Sebagai Alternatif Pendidikan Moral menyebutkan pentingnya literasi agama sebagai alternatif pendidikan agama atau, paling tidak, menjadi tradisi yang bijak untuk mengubah perilaku inklusif. Ia mengatakan: “Literasi agama ini digunakan sebagai upaya dalam pendidikan moral, dengan cara membaca atau mempelajari sumber ilmu yang terkait dengan keagamaan (termasuk didalamnya berkaitan dengan moral, akhlak, dan budi pekerti), baik dalam bentuk cetak, visual, digital dan auditori, yang kemudian peserta didik pahami, kritisi dengan melihat realitas yang terjadi dalam lingkungan dan bereskperimen, berdialog dengan dirinya atau merenungkan ajaran moral yang telah diterimanya sehingga mereka menemukan apa yang dikehendaki dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai substansial.” (JPA, Vol. 19 No. 2, Juli – Desember 2018).

Fenomena literasi agama menjadi penting untuk mendukung moderasi beragama dalam tataran implementasinya. Jika memahami dengan baik literasi agama, maka seseorang akan jauh lebih arif dalam tindak tutur atau berperilaku dengan siapa pun. Dan tidak berlebihan dalam praktik-praktik beragama. Dengan kata lain, ekstase religius seharusnya untuk kepentingan diri sendiri saja (teologi spiritual) dan kepada masyarakat luas, di luar dirinya, seharusnya menerapkan teologi sosial atau kerakyatan.

Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah oleh kalian sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama.” (HR. Nasai). Merujuk Hadis di atas, nampaknya psikografi agama merupakan sesuatu yang perlu dicermati bersama. Artinya, tingkat keberagamaan seseorang sangat ditentukan oleh niat yang tulus dan ikhlas. Beribadah berurusan dengan Allah sehingga jalur interelasional terbangun dalam ranah ketakwaan seorang hamba.

Suatu ketika Sayyidina Ali ibn Abi Thalib karramallahu wajhah berkata, “Jadilah kamu di sisi Allah sebagai sebaik-baik manusia, sementara itu jadilah kamu di lihat dari sisi jiwa sebagai seburukburuk individu manusia! Jadilah kamu di sisi masyarakat sebagai seorang yang mempersatukan mereka!” Dengan begitu habl min Allah hendaknya terefleksikan dalam pribadi yang baik dan menghargai orang lain. Agama tidak mengajarkan kesulitan kepada manusia akan tetapi kemudahan dalam menjalankannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah, tidak ada seorang pun yang memersulit agama melainkan dia akan dikalahkannya. Maka luruslah dalam beramal, dekatilah (tingkat kesempurnaan), dan bergembiralah, dan mintalah pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla pada pagi, sore, dan akhir malam.” (HR.Bukhori).

Merujuk dasar kerendahan beribadah seseorang, dalam praktik keberagamaan kepada Allah, sudah selayaknya manusia mampu merefleksikannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, ia akan menjadikan hubungan Ilahiah (habl min Allah) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hubungan kemanusiaan (habl min an-naas). Relevansinya adalah perilaku bijak dan inklusif dengan sesama manusia. Jadi toleransi dan moderasi beragama hendaknya berangkat dari ketulusan hati dalam beribadah kepada Allah. Pengenalan seorang hamba kepada Allah dengan tulus, dalam tataran teologi kerakyatan, menjadi hal penting penghargaan kepada orang lain.

Renungan mendalam akan eksistensi Allah dan nilainilai kemanusiaan menjadi salah satu kebulatan tekad dalam melangkah mengkonkretkan semangat cinta sesama dalam ranah teologi kebangsaan untuk mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Paradigma ini merupakan satu bentuk literasi agama yang kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pemahaman seseorang akan literasi agama, semakin toleran ia terhadap orang lain.

Saya berharap, buku berjudul Moderasi Beragama: Memaknai Teologi Kebangsaan yang berisi beragam tulisan dari para tokoh yang berbeda dalam agama dan organisasi menjadi satu ‘jembatan emas’ untuk menciptakan moderasi beragama di Kota Pasuruan yang memiliki moto: Madinah van Java. Saya yakin, buku ini akan menjadi warisan intelektual yang tidak banyak dilakukan orang.

Saya ucapkan selamat atas terbitnya buku di atas. Semoga buku ini menjadi medium kasih sayang yang ditebar kepada sesama manusia dalam bentuk literasi agama dan moderasi beragama untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa. Akhirnya, marilah kita renungkan dengan hati yang tulus dan ikhlas kata-kata bijak Habib Umar bin Hafidz: “Jika dalam hati seseorang terdapat keikhlasan dan kasih sayang, nasihatnya atau ucapannya akan meninggalkan kesan dalam hati pendengarnya.

Hati akan hidup ketika mendengar ucapan dan nasihat yang disampaikan dengan kasih sayang.” Semoga kita bisa! Aamin, yaa, rabb al-‘aalamiin.

Penulis

Agus Harianto - Ia memulai kariernya sebagai guru. Pertama guru di Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Asy’ari Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, hingga tahun 1994, kemudian ia bekerja di Pustaka LP3ES, Jakarta tahun 1994–1996, tahun 1998 diangkat menjadi PNS di UPT SMPN 10 Pasuruan, mutasi ke UPT SMAN 1 Pasuruan tahun 2001, menjadi kepala UPT SMPN 1 Pasuruan (tahun 2013- 2017), dan sekarang, menjadi Kepala UPT SMP Negeri 11 Pasuruan (tahun 2017–sekarang). Ia mengenyam pendidikan di SDN Trajeng 1 Pasuruan, UPT SMPN 1 Pasuruan, SMEAN Pasuruan, S-1 jurusan Bahasa Inggris di IKIP PGRI, Malang, S-2 jurusan Manajemen SDM ditempuhnya di Universitas Wijaya Putra, Surabaya atas beasiswa Pemkot Pasuruan

Editor

Agus Harianto - Ia memulai kariernya sebagai guru. Pertama guru di Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Asy’ari Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, hingga tahun 1994, kemudian ia bekerja di Pustaka LP3ES, Jakarta tahun 1994–1996, tahun 1998 diangkat menjadi PNS di UPT SMPN 10 Pasuruan, mutasi ke UPT SMAN 1 Pasuruan tahun 2001, menjadi kepala UPT SMPN 1 Pasuruan (tahun 2013- 2017), dan sekarang, menjadi Kepala UPT SMP Negeri 11 Pasuruan (tahun 2017–sekarang). Ia mengenyam pendidikan di SDN Trajeng 1 Pasuruan, UPT SMPN 1 Pasuruan, SMEAN Pasuruan, S-1 jurusan Bahasa Inggris di IKIP PGRI, Malang, S-2 jurusan Manajemen SDM ditempuhnya di Universitas Wijaya Putra, Surabaya atas beasiswa Pemkot Pasuruan

Daftar Isi

Cover
Prolog
Pengantar Editor
Daftar Isi
Bab 1: Moderasi Beragama dan Fenomena
     Peran Tokoh Ormas atau Tokoh Agama dalam Moderasi Beragama di Indonesia
     Moderasi Beragama dan Wajah Keberagamaan Indonesia
     Memaknai Moderasi Beragama
     Jalan Panjang Moderasi Beragama
     Menjaga Keharmonisan Bangsa melalui Moderasi Beragama
     Menemukan Moderasi Beragama, Menjaga Damai Indonesia
     Wajah Moderasi Beragama dalam Pandangan Agama Buddha
     Wajah Moderasi Beragama dalam Pandangan Agama Khonghucu di Indonesia
Bab 2: Agama, Toleransi, Pluralitas, Nasionalisme, dan NKRI
     Mensyukuri Keindonesiaan
     Toleransi Dalam Bingkai NKRI
     Menjaga Eksistensi Bangsa Multikultural Melalui Toleransi dan Kerukunan
     Hari Kerukuan, Toleransi Beragama, dan NKRI
     Memahami Toleransi Antarumat Beragama
     Implementasi Dokumen Abu Dhabi Dalam Membangun Keharmonisan Warga
     Kiai Kampung dan Masa Depan Islam Moderat
     Toleransi Sebagai Medium Menjaga NKRI
Bab 3: Tokoh Agama, Tokog Ormas, Kebangsaan, dan Kebinekaan
     Peran Tokoh Ormas atau Tokoh Agama Dalam Moderasi Beragama di Indonesia
     Nasionalisme Dan Eskalasi Paham “Hibrida”: Mengurai Benang Kusut Kebangsaan
     Indahnya Kebinekaan Bangsa Indonesia
     Pesan Agama dan Keragaman
     Peran Tokoh Organisasi Masyarakat Atau Tokoh Agama Dalam Kebinekaan Dan Menjaga Nkri
Tentang Editor