Saat pendidikan tinggi telah menjadi komoditas yang mahal, asa siswa dari semua kalangan untuk mengejar mimpinya pun dapat dipastikan akan lama-kelamaan sirna. Ironisnya, kini ITB mengeluarkan mekanisme baru di Seleksi Mandiri (SM) ITB 2021 yang terkesan ‘menjual kursi’ dan memberi ‘hak istimewa’ bagi mereka yang ‘bermodal lebih’.
Apabila kita menengok ke belakang, kebijakan ini sebenarnya bukan hal yang baru. Namun, setelah cukup lama tidak bergaung, kini mahasiswa merasa berkabung. Massa kampus resah, mereka terus mempertanyakan siapa yang bersalah.
Pada awal tahun 2021, ITB mengeluarkan mekanisme SM ITB yang sama sekali baru daripada tahun-tahun sebelumnya. Calon mahasiswa yang mendaftar melalui jalur SM ITB 2021 memiliki hak untuk langsung memilih jurusan, bahkan jurusan yang dianggap ‘favorit’. Tak hanya dari segi mekanisme seleksinya, SM ITB 2021 juga memiliki beberapa perbedaan pada biaya pendidikan dan mekanisme keringanan biaya pendidikan bagi para mahasiswa jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, tuntutan transparansi rektorat terus dikumandangkan. Lantas, bagaimana sebenarnya kebijakan ini dilihat dari kacamata mahasiswa dan rektorat? Adakah hal lain yang terjadi dalam dinamika kampus di masa ini? Apa saja yang baru? Bagaimana massa menyikapi hal itu?