Mobil Pedesaan, I ndustri otomotif Tanah Air takkan sama seperti saat ini tanpa keberadaan proyek Kendaraan Niaga Serbaguna (KBNS) yang dicanangkan pemerintah Orde Baru pada dekade 1970-an. Pemerintah pada saat itu paham betul bahwa motorisasi memegang peranan penting dalam menjalankan pembangunan negeri. Regulasi diatur demi menggerakkan proyek KBNS. Bahwa pada akhirnya kendaraan hasil proyek ini menjelma menjadi kendaraam keluarga, itu soal lain. Namun menunjukkan bahwa pemerintah waktu itu memiliki visi jelas di sektor otomotif. Waktu berlalu dan sejak era KBNS hingga saat ini bisa dibilang blueprint industri otomotif kita berjalan secara autopilot. Mengikuti agenda prinsipal global dan mekanisme pasar, tanpa melihat apa sejatinya kebutuhan sebagian masyarakat Indonesia.
Ingat, Indonesia tidak hanya Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Mayoritas wilayah NKRI masih berupa pedesaan dan alam terbuka. Jelas butuh jenis kendaraan berbeda dari yang Anda dan saya gunakan sehari-hari. Konsep KBNS pun mendadak kembali terngiang di kepala saya. Saya yakin kebutuhan akan kendaraan seperti ini sangat besar. Sebuah kendaraan simpel dengan daya angkut lumayan, irit bbm dan bandel, serta dihargai murah. Wacana akan kehadiran mobil pedesaan bukannya tidak ada. Daihatsu dikabarkan tengah menyiapkan ‘sesuatu’, sementara Tata Motor memiliki line-up yang bisa digunakan. Pun dengan aksi brand lokal semisal Komodo, hingga rencana produksi massal Esemka. Satu hal pasti, butuh peran serta pemerintah untuk mewujudkan hal ini. Rangsang pabrikan dengan regulasi ramah, juga melibatkan civitas akademika yang memiliki prestasi di bidang otomotif. Hanya dengan begini mobil asli karya anak bangsa bisa lahir. Dan kami di media tentu dengan senang hati mempublikasikannya....