Mari Kembali ke Laptop! Tahun 2015, jumlah laptop yang sukses dikirim ke pasar sebanyak 164,4 juta unit. Jumlah ini jauh lebih banyak ketimbang tablet yang hanya mencapai 45,5 juta unit. Keduanya sama-sama gadget yang kurang beruntung. tetapi laptop masih mending, karena hanya turun 6,3 persen. Sementara tablet drop sampai 7 persen. Ketidak tingginya penjualan tablet seakan menegasi prediksi pengamat bahwa industri laptop telah tergerus oleh hadirnya perangkat yang lebih ringan, mobile dan simple. Faktanya tablet tidak serta merta mensubtitusi laptop. Tingkat fungsionalitas perangkat komputer dalam aspek lebih produktif dan rutin sulit dilakukan oleh sebuah tablet. Tablet pada akhirnya hanyalah alat yang tidak dapat dijangkau oleh smartphone karena keterbatasannya.
HP dan Lenovo masih menjadi top of mind. Selanjutnya ada Acer, Asus, Dell, dan tentu saja Apple. Lenovo tahun lalu lepas tengah tahun menyegarkan beberapa produk laptop dan yang menarik konsep 2 in 1 itu membuat Lenovo memiliki lebih banyak produk yang tampak kreatif. Bagi nama-nama di atas, laptop adalah darah bisnis. Mereka tidak akan pantang menyerah oleh desakan perangkat lain. Di Indonesia pasar itu masih ada. Bahkan saat kementerian Pendikan Nasional mencanangkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), apa yang terjadi? “Lebih banyak sekolah yang membeli laptop dari pada PC,” ujar Hermawan Sutanto, Channel Sales Director Intel Indonesia.
Laptop dipandang lebih bisa dibawa pulang untuk melakukan berbagai pekerjaan. Tetap ringkas, dan tidak makan tempat. Bagi sebagian pekerja, terutama yang bekerja di kantor yang lebih efi sien (bahkan banyak yang tak memiliki kantor sendiri), laptop adalah “senjata” kerja mereka. Melihat potensi itu masih kian terbuka, Huawei pada akhir Februari silam lebih dulu mengunggulkan notebook 2 in 1-nya bernama MateBook ketimbang fl agship smartphone di ajang Mobile World Congress (MWC) yang telak-telak merupakan event pelaku industri mobile. Namun, Huawei mengemas dengan dukungan jaringan nirkabel yang mendukung bekerja mobile.
Sementara itu, Xiaomi yang lekat dengan industri smartphone tahun ini sudah memastikan akan merilis laptop pertamanya. Desainnya sangat terinspirasi oleh MacBook. Tetapi Xiaomi telah menyiapkan interface MIUI sendiri. Mari pergi ke negeri tirai bambu. Di Tiongkok, industri manufaktur perangkat tidak melulu menghasilkan smartphone atau wearable device. Pabrikasi notebook yang kini berbasis desain 2 in 1 sama suburnya. Ada nama Teclast yang tempo hari salah satu produknya telah sampai ke Indonesia, lalu Chuwi yang punya portfolio beragam. Lalu Ezpad, Voyo, Vido, Onda, Pipo dan berderet lagi brand.
Format laptop pula yang bikin produsen komponen komputer yang dikenal garang untuk segmen game, lalu mengemas pula varian high specs. Makanya, Asus RoG, Dell Alienware, dan lainnya kini punya “teman” semisal MSI yang harganya bisa lebih dari 40-an juta rupiah. Tahun 2012 Microso telah memproklamirkan sebagai penyedia laptop lewat seri-seri Surface. Hingga saat ini setidaknya sudah terkoleksi empat keluarga Surface. Jadi industri laptop masih bergairah. Bila disebut mensubtitusi desktop, barangkali memang benar. Sebab, keduanya memiliki fungsionalitas sama, tetapi orang kini berpikir tentang kepraktisan. Hanya laptop yang punya. (*)