Tampilkan di aplikasi

Buku Cipta Pustaka Utama hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sukses Ekonomi Syariah di Pesantren

Belajar dari Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT MMU Sidogiri dan Koperasi BMT UGT Sidogiri

1 Pembaca
Rp 40.000 8%
Rp 37.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 111.000 13%
Rp 32.067 /orang
Rp 96.200

5 Pembaca
Rp 185.000 20%
Rp 29.600 /orang
Rp 148.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Lembaga usaha yang terbentuk di lingkungan pondok pesantren memiliki peluang besar untuk berkembang. Hal itu telah dibuktikan dengan keberadaan Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT-MMU Sidogiri dan Koperasi BMT-UGT Sidogiri. Ketiga lembaga usaha itu lahir di lingkungan Pondok Pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan dan kini telah memiliki ratusan cabang di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jakarta Utara serta luar Jawa. (Buletin Lensa) Dimulai dari kedai koperasi, berkembang menjadi lembaga simpan-pinjam yang menyelamatkan pedagang dari rentenir. Asetnya (ratusan) miliaran rupiah. .Pesatnya pertumbuhan kedua jenis BMT itu sesungguhnya tak lepas dari luasnya jaringan santri dan alumni Pondok Pesantren Sidogiri. Dengan sekitar 8.000 santri dan 20 ribu alumni Pesantren Sidogiri di seluruh Indonesia, Koperasi BMT-MMU dan Koperasi BMT-UGT tak kesulitan mendapat nasabah. (Majalah Tempo) Geliat ekonomi yang terus menguat di Pondok Pesantren Sidogiri, tidak hanya patut menjadi inspirasi bagi dunia pesantren saja. Tapi juga layak dijadikan motivator untuk lembaga perekonomian lain yang sejalan dalam merintís, membangun, dan mengembangkan aktivitasnya berdasarkan prinsip ekonomi Islam, atau syariah. (E" arian Radar Bromo) Lembaga riset swasta Minako Sakai dan Kacung Marijan pun menempatkannya sebagai BMT yang berhasil di antara ribuan BMT yang pernah lahir dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia dan juga Malaysia menjadikannya sebagai percontohan. (MajalahAl-Kisah)

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Mokh. Syaiful Bakhri

Penerbit: Cipta Pustaka Utama
ISBN: 9789799933171
Terbit: Mei 2011 , 130 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Lembaga usaha yang terbentuk di lingkungan pondok pesantren memiliki peluang besar untuk berkembang. Hal itu telah dibuktikan dengan keberadaan Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT-MMU Sidogiri dan Koperasi BMT-UGT Sidogiri. Ketiga lembaga usaha itu lahir di lingkungan Pondok Pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan dan kini telah memiliki ratusan cabang di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jakarta Utara serta luar Jawa. (Buletin Lensa) Dimulai dari kedai koperasi, berkembang menjadi lembaga simpan-pinjam yang menyelamatkan pedagang dari rentenir. Asetnya (ratusan) miliaran rupiah. .Pesatnya pertumbuhan kedua jenis BMT itu sesungguhnya tak lepas dari luasnya jaringan santri dan alumni Pondok Pesantren Sidogiri. Dengan sekitar 8.000 santri dan 20 ribu alumni Pesantren Sidogiri di seluruh Indonesia, Koperasi BMT-MMU dan Koperasi BMT-UGT tak kesulitan mendapat nasabah. (Majalah Tempo) Geliat ekonomi yang terus menguat di Pondok Pesantren Sidogiri, tidak hanya patut menjadi inspirasi bagi dunia pesantren saja. Tapi juga layak dijadikan motivator untuk lembaga perekonomian lain yang sejalan dalam merintís, membangun, dan mengembangkan aktivitasnya berdasarkan prinsip ekonomi Islam, atau syariah. (E" arian Radar Bromo) Lembaga riset swasta Minako Sakai dan Kacung Marijan pun menempatkannya sebagai BMT yang berhasil di antara ribuan BMT yang pernah lahir dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia dan juga Malaysia menjadikannya sebagai percontohan. (MajalahAl-Kisah)

Pendahuluan / Prolog

Kata pengantar
Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang telah berusia ratusan tahun. Berdasarkan manuskrip yang ditulis KA. Sa’doellah Nawawie pada tahun 1971, disebutkan bahwa Ponpes Sidogiri berdiri sejak 1745.

Tahun itulah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak peringatan hari lahirnya Ponpes Sidogiri. Pada tahun 2011 ini, Ponpes Sidogiri memperingati hari lahirnya yang ke-266. Aktivitas pesantren ini bermula dari pendidikan ma’hadiyah.

Pada tahun 1938 baru didirikan pendidikan madrasiyah dengan nama Madrasah Miftahul Ulum dengan tingkat kelas sifir (nol) dan ibtidaiyah lalu dilanjutkan dengan dibukanya tingkat tsanawiyah pada tahun 1957 dan aliyah pada tahun 1983. Pendidikan ma’hadiyah adalah pendidikan asli pesantren yang sampai saat ini terus dipertahankan.

Sebab, dengan pendidikan ma’hadiyah itulah, maka kader-kader muslim bermunculan yang arahnya mewujudkan manusia yang akan masuk dalam khairu ummah (umat yang terbaik).

Pendidikan madrasiyah atau klasikal terdiri atas pendidikan ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah. Sedangkan pendidikan ma’hadiyyah lebih banyak mengarah kepada aktivitas pendidikan tambahan dan pelatihan kepada santri agar kelak bisa menjadi khairu ummah (sebaik-baik ummah) yang mengedepankan akhlakul karimahdalam setiap aktivitasnya. Dan masih banyak aktivitas lainnya yang akan menambah keterampilan (skill) para santri yang kelak akan berguna setelah kembali ke masyarakat.

Ponpes Sidogiri juga melatih para santri untuk menangani bidang perekonomian. Untuk itu, sejak 1961 KA. Sa’doellah Nawawie (Penanggung Jawab dan Ketua Pengurus Ponpes Sidogiri), merintis berdirinya koperasi sebagai wadah untuk belajar kemandirian, wirausaha (enterpreneurship) dan pengabdian bagi para santri.

Kegiatan usaha pertamanya adalah membuka kedai dan warung kelontong di dalam lingkungan pesantren yang menyediakan kebutuhan sehari-hari para santri.

Sejak saat itulah, Koperasi Pondok Pesantren Sidogiri yang disingkat “Kopontren Sidogiri” terus melangkah dan tidak pernah berhenti dari aktivitasnya sampai sekarang ini. Bahkan mendapat predikat sebagai “Pesantren Wirausaha Pertama” (Republika, 1 November 2002). Meski Kopontren Sidogiri berdiri sejak 1961, namun berbadan hukum mulai 15 Juli 1997 dengan nomor 441/BH/ KWK.13/VII/1997.

Keberadaan Kopontren Sidogiri itulah yang kemudian hari menjadi cikal bakal kebangkitan ekonomi syariah di Sidogiri. Setelah berhasil mengembangkan Kopontren, pada pertengahan 1997 pengurus Kopontren dan beberapa orang guru Madrasah Miftahul Ulum (MMU) Ponpes Sidogiri memprakarsai berdirinya koperasi serba usaha yang fokus usahanya adalah simpan-pinjam pola syariah (SPS) dengan nama Koperasi Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalal lil Ummah (BMT MMU).

Mereka mendirikan Koperasi BMT MMU karena resah dengan kondisi masyarakat yang mulai terjerat dengan praktik ekonomi ribawi dalam bentuk rentener yang sudah merambah sampai ke desa-desa di sekitar Sidogiri. Meski para pengelolanya khususnya guru-guru MMU yang biasanya berkutat dengan pelajaran kitab kuning merasa seakan-akan memasuki dunia lain ketika menangani bisnis syariah, namun mereka berhasil mengembangkan Koperasi BMT MMU (Republika, 17 Maret 2004).

Sejak didirikan tahun 1997, Koperasi BMT MMU menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dari segi aktiva (aset), penerimaan kas (omzet) dan laba bersihnya (SHU). Unit pelayanannya telah berkembang menjadi 35 unit yang tersebar di berbagai tempat di Jawa Timur. Sejak 25 September 2009 Koperasi BMT MMU Sidogiri telah diubah wilayah keanggotaannya menjadi lingkup provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, alih binanya pun juga diubah yang semula Koperasi BMT MMU Sidogiri di bawah binaan Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Pasuruan menjadi binaan Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Timur dengan SK perubahan Anggaran Dasar (SK PAD) No. 518.I/PAD/BH/XVI/66/103/2009.

Berdasarkan Laporan Keuangan Per 31 Desember 2010, Koperasi BMT MMU Sidogiri telah memiliki aset sebesar Rp 89.138.192.945,88. Padahal, berdasarkan Per 31 Desember 2009 asetnya sebesar Rp 63.203.972.809,77. Itu berarti dalam waktu setahun, aset yang dimiliki oleh Koperasi BMT MMU Sidogiri berkembang dengan pesat. Perkembangan yang pesat juga terjadi pada omzet (volume usaha) dan laba bersih yang berhasil dibukukan. Omzetnya telah mencapai Rp 344.359.981.487,36.

Setelah sukses mengembangkan Koperasi BMT MMU Sidogiri di kabupaten Pasuruan, para pengurus Koperasi BMT MMU Sidogiri memprakarsai berdirinya Koperasi Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Pada6 Juni2000 mereka mendirikan Koperasi UGT Sidogiri di Surabaya yang kemudian menjadi cabang pertamanya. Koperasi UGT Sidogiri yang mereka dirikan, jumlah aset, omzet dan laba bersihnya terus tumbuh dan berkembang pesat serta makin mendapat kepercayaan dari masyarakat. Sejak Desember 2010, Koperasi UGT telah memilik 110 unit pelayanan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta Utara dan luar Jawa.

Penulis

Mokh. Syaiful Bakhri - Lahir di Pasuruan, 29 Januari 1971, Pekerjaan Guru Sosiologi SMAN 1 Gondangwetan. Pendidikan: SDN Sidogiri Kraton Pasuruan (Lulus 1985), SMPN Pohjentrek Pasuruan (Lulus 1988), SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo (Lulus 1991), Ilmu Hubungan Masyarakat Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan (Lulus 1996).

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Kata Pengantar
Bagian Pertama
     1. “Keprihatinan terhadap Ekonomi Umat”
     2. Ekonomi Kapitalis Penyebab Krisis Ekonomi Global
     3. Pengembangan Ekonomi Pesantren Perlu Telaten, Tekun dan Sabar
Bagian Kedua
     1. Aplikasi Syariah di Bidang Ekonomi
     2. Pendekatan dalam Mengembangkan BMT
     3. Jangan Biarkan Masakin Makin Tercekik Riba
     4. Tak Perlu Menunggu 500 Tahun Lagi
Bagian Ketiga
     1. Kopontren Sidogiri
     2. Koperasi BMT MMU Sidogiri
     3. Koperasi BMT UGT Sidogiri
Bagian Keempat
     1. Berawal dari Kedai dan Warung Kelontong
     2. Belajar dari Pengalaman Koperasi BMT MMU Sidogiri
     3. Mesin Uang Kaum Sarungan
     4. Kalau Ada Konsep Syariah,Mengapa Pilih yang Lain
     5. Berkah Sami’na wa Atha’na
     6. Kopontren Sidogiri:Kemandirian Ekonomi Pola Syariah
     7. Berawal Keprihatinan Maraknya Lintah Darat
     8. Menkop Kagum Kopontren Sidogiri
     9. Mengembangkan Koperasi dengan Prasangka Baik
Kamus Istilah Ekonomi Syariah
memahami.pdf
     Sampul
     Kata Pengantar
     Daftar Isi
     Bab 1 Perubahan Sosial dan Dampaknya
     Bab 2 Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal
     Bab 3 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi
     Bab 4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas