Bisnis alat berat di tengah gejolak politik. Masyarakat Indonesia dan juga kalangan investor asing menunggu dengan cemas hasil pemilu 2019. Meskipun kita meyakini akan mendukung sepenuhnya siapa pun pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, namun berbagai manuver dari pihak-pihak yang bertarung dalam pesta demokrasi itu dan simpang siur informasi yang disajikan di berbagai media, termasuk media sosial (medsos), melahirkan berbagai penafsiran.
Situasi yang tidak menentu ini mudahmudahan teratasi setelah pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei. Mengambil keputusan dalam kondisi politik yang masih bergejolak tentu saja bukan urusan mudah, apalagi bagi para pebisnis. Situasi yang membingungkan itu justru menyulitkan mereka untuk mengambil keputusan. Itu sebabnya mereka cenderung wait and see. Mereka menunggu momen yang tepat untuk mengambil keputusan penting.
Kita lihat di bisnis alat berat, pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan Pemerintah selama hampir lima tahun terakhir sudah mulai menumbuhkan optimisme bahwa industri yang padat modal ini akan bangkit dari keterpurukannya. Apalagi Pemerintah pada awal tahun ini menaikkan anggaran pembangunan infrastruktur dan tetap menjadikannya sebagai program prioritas pada tahun-tahun mendatang.
Kemungkinan besar tidak sedikit kontraktor sudah melakukan investasi alat untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur. Kalau proyekproyek infrastruktur itu berkelanjutan karena dibangun di berbagai belahan Indonesia dengan budget yang makin besar, niscaya hal ini bisa menggairahkan kembali industri alat berat nasional. Dan investasi peralatan dari para kontraktor pun tidak mubasir karena proyek-proyek tidak pernah berhenti.
Saat ini Indonesia diketahui sebagai pasar paling potensial di Asia Tenggara untuk barang-barang modal itu, sebagaimana diutarakan Jackie Chen, Managing Director PT Zoomlion Indonesia Heavy Industry. Zoomlion sendiri menawarkan beragam tipe produk melalui lima dealer lokal. Pabrikan asal Cina tidak tidak bermain sendirian. Saat ini ada banyak brand alat asal Cina yang menyerbu pasar Indonesia karena menyadari prospek bisnisnya yang sangat positif ke depan.
Di sisi lain, produsen-produsen lokal, seperti PT Pindad, mulai semakin agresif memperkenalkan mesin-mesin konstruksi buatannya, mulai dari mini excavator hingga excavator kelas 20 ton dengan berbagai variannya. Produk-produk Pindad secara perlahan-lahan mulai muncul ke permukaan, terutama melalui proyek-proyek pemerintah. Di segmen rental, selain pemain-pemain lokal dan lama, belakangan ini bermunculan pemain-pemain baru dengan penawaran yang semakin menarik.
Probesco Kanamoto Rental, misalnya, mengawinkan jasa rental dengan penjualan unit baru, seperti yang dilakukannya di Bali baru-baru ini. Dengan menggandeng PT Metron Intercon, anak perusahaan PT Probesco Disatama yang mengageni mini excavator Yanmar, perusahaan ini menawarkan unit-unit baru di samping menyewakan. Probesco Kanamoto Rental adalah pebisnis rental yang menawarkan beragam jenis alat untuk berbagai industri di Indonesia.
Tentu saja terdapat banyak peluang untuk menggairahkan pertumbuhan industri alat berat nasional di era pembangunan infrastruktur sekarang ini. Namun, stabilitas dan kepastian politik menjadi syarat mutlak untuk berbisnis dengan aman. Selama situasi politik masih penuh gonjang ganjing, pembangunan tidak mungkin jalan dan para investor enggan mengeluarkan modal karena sangat beresiko.