Tampilkan di aplikasi

Buku Fatiha Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Jelaga Rindu

Antologi puisi

1 Pembaca
Rp 38.000 21%
Rp 30.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 90.000 13%
Rp 26.000 /orang
Rp 78.000

5 Pembaca
Rp 150.000 20%
Rp 24.000 /orang
Rp 120.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini saya persembahkan untuk orang orang yang sering merasakan rindu namun belum ada temu. Untuk orang-orang yang tahan dengan belenggu yang semakin menggebu. Untuk orang-orang yang sabar dalam merindu dan untuk kamu yang masih mau bertahan menunggu.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Mokhamad Abdul Aziz
Editor: Fatiha el-Kayyis

Penerbit: Fatiha Media
ISBN: 9786236759684
Terbit: Februari 2021 , 71 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini saya persembahkan untuk orang orang yang sering merasakan rindu namun belum ada temu. Untuk orang-orang yang tahan dengan belenggu yang semakin menggebu. Untuk orang-orang yang sabar dalam merindu dan untuk kamu yang masih mau bertahan menunggu.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Nama Mokhamad Abdul Aziz telah saya kenal sebagai penulis ilmiah populer. Saya beberapa tahun terakhir mengikuti tulisan-tulisannya. Saya terkejut ketika suatu hari, Mas Aziz (begitu saya memanggilnya) terjun ke dunia sastra dengan menulis novel berjudul Kembali ke Masa Depan. Kali ini saya dikejutkan lagi ketika ia mengontak saya untuk memberikan kata pengantar untuk kumpulan puisinya berjudul Jelaga Rindu. Ini berarti, ia berusaha menulis dalam beberapa genre.

Kita tahu, bahasa puisi sering disebut sebagai konotatif. Hal ini disebabkan puisi sering menggunakan makna kias dan makna lambang atau majas. Dalam puisi terjadi pemadatan seluruh kekuatan bahasa. Makna dalam puisi tersirat atau tidak eksplisit. Oleh karena itu, untuk memahami dan menghayatinya, pembaca sering mengalami kesulitan. Bukan tidak mungkin penafsiran pembaca atas puisi sangat berbeda jauh dengan apa yang dimaksudkan penyairnya.

Meskipun pengertian puisi, seiring dengan perkembangan zaman, berubah-ubah, namun pada intinya puisi itu merupakan karangan yang terikat. Kalau di masa lalu puisi terikat oleh ketentuan bait dan baris, suku kata, rima, dan irama, namun hari-hari ini ketentuan tersebut lebih cair. Namun, substansi puisi sebagai pemadatan seluruh kekuatan bahasa, merupakan hal elementer yang harus dipatuhi para penyair.

Sebagai seorang yang biasa menulis karangan ilmiah populer, mencipta puisi bagi Mas Aziz tentu bukan perkara mudah. Akan tetapi, keresahan dan kerisauan perasaan dan pikirannya tidak dapat dibendung. Karya ilmiah populer dan novel tidak mampu menampung hal-hal yang merisaukannya itu. Mas Aziz agaknya menemukan puisi sebagai sarana yang tepat untuk hal itu. Sebagai seorang intelektual yang berkutat dengan dunia pustaka, saya tahu referensi Mas Aziz cukup memadai. Puisi merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsurunsur pembangun. Unsur-unsur tersebut bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur lainnya.

Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur lainnya menunjukkan keterjalinan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur pembangun puisi terdiri atas dua struktur yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin adalah makna yang terkandung dalam puisi. Sedangkan struktur fisik adalah baris-baris puisi yang bersama-sama membangun baitbait pusi. Tema merupakan salah satu struktur batin puisi. Dalam buku kumpulan puisi ini, Mas Aziz memilih rindu sebagai temanya, yang berkembang dalam subtema-subtema. Tema ini merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh Mas Aziz melalui puisi-puisinya. Dalam kaitan ini, kita melihat Mas Aziz tidak hanya sekadar menggarap tema rindu antara lelaki dan perempuan saja, namun lebih subtil lagi. Oleh karena itu, tema rindu dalam puisi-puisinya terpecah dalam subtema-subtema yang berkaitan dengan kemanusiaan, ketuhanan, alam, kesepian, kemasyarakatan, dan lain-lain.

Bahwa tema begitu penting dalam pembentukan sebuah karya sastra, termasuk puisi, telah kita sadari bersama. Tema merupakan dasar bagi seorang penyair untuk puisi. Mengacu pada pendapat Keraf, tema ialah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Mokhamad Abdul Aziz melalui puisi-puisinya berupaya mengungkapkan segala gejolak emosi dan pikirannya. Melalui puisi-puisinya, Mas Aziz mengajak para pembaca untuk masuk ke dalam pengalaman batin dan estetisnya.

Bacalah 25 puisinya dalam buku ini. Misalnya, puisi “Kenikmatan dan Siksaan”, “Rindu, Bangkitlah!”, “Kemenangan Mantan Sekutu Tuhan”, “Asmara Hijau Hitam:, atau “Jelaga Rindu” yang dianggap representatif sebagai judul buku kumpulan puisi ini. Dalam puisi-puisinya terasa sekali upaya keras Mas Aziz untuk mengungkapkan pengalaman artistiknya dengan warna religiusitas dan kearifan lokal.

Pergulatan batin dan proses kreatif yang menggelisahkan, karena dalam puisi sebagai penyair ia harus memilih kata, menyeleksi, menapis, sehingga tertemukan disksi yang tepat. Apakah Mokhamad Abdul Aziz berhasil? Tentu saja ini pertanyaan yang membuat kita tertegun. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa beragam, dengan subjektivitas masing-masing. Akan tetapi, secara elementer harus dikatakan bahwa puisi yang berhasil harus memiliki kesatuan yang organis antara bentuk dan isi. Antara bagaimana mengungkapkan dengan apa yang diungkapkan haruslah padu.

Ketidakpaduan antara bentuk dan isi bisa membuat puisi menjadi vulgar atau banal, namun dapat juga justru membuat sulit dipahami. Puisi merupakan the most condensed and concentrated form of literature. Ini berarti, puisi merupakan karya sastra yang paling padat dan terkonsentrasi. Kepadatan ini ditandai dengan pemakaian sedikit kata, tetapi mengungkap banyak hal.

Kepada penyairnya, Mokhamad Abdul Aziz, saya mengucapkan selamat atas penerbitan buku kumpulan puisinya ini. Semoga buku ini dapat memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia modern, terutama perpuisian.



Semoga sukses selalu.
Terima kasih dan salam budaya.
Semarang, 18 Desember 2020

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kenikmatan dan Siksaan
Rindu, Bangkitlah
Awal Mimpi Januari
Selamat Malam, Februari
Terus Terang
Kepicikan
Kemenangan Mantan Sekutu Tuhan
Jelaga Rindu
Kartini, Kau Ini Bagaima
Kesunyianmu dan Rinduku
Nyaman yang Lain
Rembulanku
Sang Pemilik Rasa
Asmara Hijau Hitam
Hari Memproklamasikan Rindu
Cinta
Cintamu Merajamku
Pilihlah Dia
Sang Pengkhianat
Kohatiku Juang,Kohatiku Sayang
Jendela Rinduku
Jaga Cahayamu
Pulanglah
Maaf
Sang Insan
Tentang Penulis
Cover