Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Huh!

1 Pembaca
Rp 75.000 20%
Rp 60.000
Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku terbaru Iwan Jaconiah ini bersaksi tentang bakat penyair yang cerah dan beragam. Di dalamnya, ia memunculkan puisi-puisi halus yang mencerminkan kehidupan komunitas Rusia dan Indonesia dengan menyelubungi sajaknya dalam pakaian bahasa Indonesia secara puitis dan sempurna.

Buku ini memiliki benang merah tentang kehidupan sehari-hari selama tinggal di Moskwa. Setiap musim yang berganti telah menjadi inspirasi di dalam menuangkan ide dan gagasan lewat karya sastra. Melangkah maju ke depan tanpa melihat ke belakang sebagai sebuah upaya untuk melihat dunia secara bijak. Apapun pengalaman buram sebuah rezim di masa lalu dapat digunakan sebagai cermin agar kita tetap melangkah secara optimistis.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Iwan Jaconiah

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233212588
Terbit: Desember 2023 , 140 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku terbaru Iwan Jaconiah ini bersaksi tentang bakat penyair yang cerah dan beragam. Di dalamnya, ia memunculkan puisi-puisi halus yang mencerminkan kehidupan komunitas Rusia dan Indonesia dengan menyelubungi sajaknya dalam pakaian bahasa Indonesia secara puitis dan sempurna.

Buku ini memiliki benang merah tentang kehidupan sehari-hari selama tinggal di Moskwa. Setiap musim yang berganti telah menjadi inspirasi di dalam menuangkan ide dan gagasan lewat karya sastra. Melangkah maju ke depan tanpa melihat ke belakang sebagai sebuah upaya untuk melihat dunia secara bijak. Apapun pengalaman buram sebuah rezim di masa lalu dapat digunakan sebagai cermin agar kita tetap melangkah secara optimistis.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saya merasa sangat terhormat dan berbahagia bisa menulis kata pengantar untuk buku kumpulan puisi “Huh!” karya penyair muda berbakat, Iwan Jaconiah. Sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di Moskwa, Rusia, Iwan mampu mengekspresikan nuansa kebudayaan dan peradaban Indonesia dengan latar belakang yang begitu berbeda, menjembatani dua dunia yang sejatinya terpisah oleh jarak dan ideologi.

Karya Iwan sungguh membuktikan bahwa kesusastraan dan kebudayaan tidak mengenal batas. Puisi-puisinya yang penuh makna dan simbolisme menyentuh banyak lapisan masyarakat, dari yang berada di kampung halaman hingga yang mengembara di negeri orang. Ia memahami kepedihan, kegembiraan, dan dilema yang dihadapi oleh kita semua— entah sebagai individu atau sebagai bangsa.

“Huh!” adalah suatu karya yang relevan, khususnya di masa di mana dunia begitu penuh dengan kebingungan dan Kata Pengantarvi Iwan Jaconiah ketidakpastian. Puisi-puisi dalam buku ini mengeksplorasi berbagai dimensi kehidupan, dari kecemasan eksistensial hingga keadilan sosial. Seperti dalam puisinya yang berjudul “Huh!”, Iwan menggambarkan perjuangan dan keadaan hidup yang penuh tantangan, tetapi selalu diimbangi dengan harapan dan ketabahan.

Puisi adalah media yang efektif untuk mengomunikasikan gagasan dan emosi yang seringkali sulit dijelaskan oleh katakata biasa. Puisi bisa menjadi alat untuk mengingatkan, memprovokasi, dan bahkan memobilisasi. Dalam hal ini, karya Iwan telah berhasil melakukan itu semua. Kata-katanya berfungsi tidak hanya sebagai cerminan realitas sosial, tetapi juga sebagai pedang yang memotong ketidakadilan dan kefanatikan.

Ini adalah buku yang layak untuk diapresiasi dan dipelajari, tidak hanya sebagai kumpulan puisi, tetapi juga sebagai catatan penting dari seorang anak bangsa tentang peradaban kita. Saya berharap “Huh!” bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia dan membantu kita semua dalam memaknai dan menavigasi kompleksitas dunia yang terus berubah.

Selamat membaca, dan semoga karya ini bisa membuka mata, pikiran, serta hati kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Daftar Isi

Sampul Depan
Identitas Buku
Kata Pengantar - Hilmar Farid
Catatan Penyair
Daftar Isi
Taring Pagi
Huh!
Sabetta : Kepada pekerja migran
Lala Pulang Lalu Kembali
Republik Subur Mujur
Perbatasan
Sagu Patah Dua
Teman
Lebaran di Tverskaya: Kepada Imigran Asia
Tentang Cinta
Kabar Papua di Surat Kabar Asing
Satu: Tanah Air Langit
Super Viros Luda
Ajaib Bangsaku
Mengeja Senja
Indonesia Majulah Bareng!
Aku Kenang Kau: Kepada Seniman yang Tak Pulang
Aku Menertawai Indonesiaku: Terasing dan Terlupa di Negeri Seberang
Samogon
Asing di Negeri Orang
Sang Pemikat Hati Rakyat
Kasih
Membisik Minsk
PPlyos: 190 tahun isaac levitan
Sarunai Samuella Swager
Tverskaya
Malam Putih Leningrad
Perjamuan Kecil: Kepada Diaspora Indonesia
Kangkung Dubrovka
Pedagang Asia di Ladang Tsar
Novoslobodskaya I
Novoslobodskaya II
Novoslobodskaya III
Novoslobodskaya IV
Novoslobodskaya V
Novoslobodskaya VI
Novoslobodskaya VII
Novoslobodskaya VIII
Novoslobodskaya IX
Novoslobodskaya X
Perlawanan: Kepada Demonstran Belarus
Ode Belarus, Pengelana dan Penduduknya: Kepada Diaspora Indonesia di Minsk
Beribu Ukraina Berayah Indonesia
Jauh
Dolgorukovskaya 35
Izhvesk Ini Sore
Sesudah 60 Tahun
Juni Solstice
Tu’a
Oh Tirani, Oh Tiri
Timur Jauh I
Timur Jauh II
Timur Jauh III
Timur Jauh IV
Timur Jauh V : Manifestasi puisi 2070
Tepi Sepi Saratov
Celaka Tiga Belas Jika Kita Cemas
Maret
Siasat Malam Kabisat
Yasnaya Polyana
Ada Wangian Cendana di Yasnaya Polyana : Kepada F. Kasemetan
Air Bah Kecil di Timur Jauh
Mossoveta Theater
Dolgorukovskaya
Kremlin
Hermitage
Tula
Sokolniki
Kekasih Neva
Pelabuhan
Penghujung
Teater Chekhov : Tiga Gadis Bersaudara, Anton Chekhov
Jakarta - Moskwa : Sister City
Orang Papua di Rusia I
Orang Papua di Rusia II
Penjuru
Kembang Api di Langit Petersburg 1964
Pertemuan
Pahlawan
Tverskoy
Seleznyovkaya
Bashilovskaya
Merdeka
Pendemo di Tverskoy
Sepiring Ikan di Sungai Volga
Tegar : Tetua ber-KTP Rusia
Jalan Pengelana
Dari Soe Sampai Moskwa
Kereta Terakhir Kievskaya
Di Arbat Aku Terlahir Kembali
Kereta Subuh Mayakovskaya
Mencari Tanah Air
Perjumpaan di Teater Stanilavski
Tenanglah!
Mata Hari : Tetua yang Lupa Tanah Airnya
Kulihat Indonesia dari Kedai Kopi Samping Tembok Kremlin
Asing di Sarang Orang : Diaspora Indonesia
Di Rumah Pasternak
Mitino I
Mitino II
Mitino III
Mitino IV
Kisah Seorang Opa dan Cinta Pertamanya
Musim Dingin 27 Desember 1964 : Diaspora Indonesia di Rusia
Sajak 1956 : Kepada Penyair Intojo
Perjamuan di St Andrew
Halaik
Catatan di Perantauan - Ibnu Wahyudi
Tentang Penyair
Sampul Belakang