Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kitab Spiritual Daya Batin

1 Pembaca
Rp 42.000 52%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Ada dua hal yang membuat manusia mulia, pertama adalah hatinya apa yang terkandung di dalamnya. Kedua, adalah akalnya untuk apa dan bagaimana ia digunakan. Dari keduanya, peradaban sebuah generasi akan diwujudkan dari hati dan pikiran. Ini bukan kisah tentang revolusi. Ini juga bukan kisah tentang cinta sepasang insan. Ini adalah kisah tentang sesuatu yang ada di alam batin setiap manusia, yang menjadi benih segala kejadian, dari satu menjadi semua semua menjadi satu. Buku ini berisi konsep-konsep pemikiran tentang hakikat manusia dan beberapa dasar untuk melatih menuju kesempurnaan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: KI Ageng Mantyasih

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786027949454
Terbit: Maret 2015 , 110 Halaman










Ikhtisar

Ada dua hal yang membuat manusia mulia, pertama adalah hatinya apa yang terkandung di dalamnya. Kedua, adalah akalnya untuk apa dan bagaimana ia digunakan. Dari keduanya, peradaban sebuah generasi akan diwujudkan dari hati dan pikiran. Ini bukan kisah tentang revolusi. Ini juga bukan kisah tentang cinta sepasang insan. Ini adalah kisah tentang sesuatu yang ada di alam batin setiap manusia, yang menjadi benih segala kejadian, dari satu menjadi semua semua menjadi satu. Buku ini berisi konsep-konsep pemikiran tentang hakikat manusia dan beberapa dasar untuk melatih menuju kesempurnaan.

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Tidak jemunya saya memimpikan akan sebuah generasi yang tumbuh dari ketahanan terhadap tempaan, yang bara dan nyalanya demikian murni, hingga terbuang segala potensi untuk berkarat. Saat saya memasang patok pertama, dari konsep ini, saya sudah mem-bayangkan akan para penghuni kemah. Mereka adalah anak muda yang nyala matanya demikian tajam. Anak muda dengan bahu yang siap memikul gunung. Panas dan hujan, bukan halangan bagi mereka untuk memasak semangkuk soup cinta, untuk dinikmati bersama.

Yah, saya memang merindukan manusia yang menghargai arti cinta. Betapa hal itulah yang menjadi satu-satunya penopang kehidupan. Kita sudah lelah dengan perang dan permusuhan, tenaga kita begitu terkuras mencari siapa yang salah, atas keadaan yang tidak begitu baik. Kita juga telah lama berkubang dalam lumpur kedangkalan, sehingga membuat tindakan-tindakan kita jauh dari makna, dan terkesan murahan.

Apa pentingnya semua itu? Jika kehidupan hanya soal perut dan urusan di bawahnya. Jika membangun peradaban hanya cukup dengan popcorn dan hotdog, maka cukuplah setiap manusia belajar kepada binatang, tentang caranya bercinta, berkelahi, dan memangsa buruan.

Ada dua hal yang membuat manusia mulia, pertama adalah hatinya; apa yang terkandung di dalamnya. Kedua, adalah akalnya; untuk apa dan bagaimana ia digunakan. Dari keduanya, per-adaban sebuah generasi akan diwujudkan; dari hati dan pikiran.


Penulis

KI Ageng Mantyasih - Ki Ageng Mantyasih adalah nama julukan Muhammad Zainur Rakhman di kalangan komunitas diskusi spiritualnya. Lahir di Purwokerto, pada 9 Oktober 1987. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di kota kelahirannya. Kemudian melanjutkan belajar filsafat di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Setelah sempat belajar bahasa dan sastra di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, kini sedang menekuni tasawuf dan psikoterapi di Universitas Islam Negeri Walisongo.
Santri alumni Pondok Pesantren al-Amin Mersi, Purwokerto, asuhan Guru Mursyid Thariqah Asy Syadziliyah, Abah KH. Chabib Makky ini, menulis sejak 2010. Buku pertamanya berjudul Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih (Mantyasih), diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo. Buku-buku yang lain diantaranya, Suluk Begja (Garudhawaca, 2012), Kawruh Begja Sawetah (Dahara Prize, 2013), Kitab Spiritual Daya Batin (Garudhawaca, 2015), dan Mantyasih, Kitab Keabadian Cinta (Garudhawaca, 2016).
Pemenang Sayembara Proposal Penulisan Sastra, Pusat Bahasa (2008) ini, juga menekuni dunia motivasi dan training, berbasis spiritual. Idenya mengenai “Empat Kode Mantyasih”, menjadi dasar dan nilai-nilai yang senantiasa diberikan dalam ceramahnya.
Bermukim bersama istrinya, di Kampung Karonsih Kelurahan Ngaliyan, Semarang, ia mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pelayanan dan saling berbagi pengetahuan serta pengalaman dalam dunia spiritual dan kebatinan.

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Prolog: Semua Menjadi Satu
Sembilan Konsep
     Sadar
     Potensi
     Inspirasi
     Ruhani
     Intuisi
     Tabiat
     Unik
     Alami
     Latihan
Tiga Sarana
     Doa
     Kontemplasi
     Visualisasi
Empat Aplikasi
     Olah Nafas
     Olah Pikir
     Olah Rasa
     Olah Gerak
Bonus Spiritual
     Suplemen Satu: Apa yang Bisa Kamu Lakukan dalam Cinta?
     Suplemen Dua: Manajemen Diri - Apa yang Harus Seseorang Lakukan dalam Hidupnya?
Epilog: Sekolah Kearifan
Tentang Penulis