Ikhtisar
Ada dua hal yang membuat manusia mulia, pertama adalah hatinya apa yang terkandung di dalamnya. Kedua, adalah akalnya untuk apa dan bagaimana ia digunakan. Dari keduanya, peradaban sebuah generasi akan diwujudkan dari hati dan pikiran. Ini bukan kisah tentang revolusi. Ini juga bukan kisah tentang cinta sepasang insan. Ini adalah kisah tentang sesuatu yang ada di alam batin setiap manusia, yang menjadi benih segala kejadian, dari satu menjadi semua semua menjadi satu. Buku ini berisi konsep-konsep pemikiran tentang hakikat manusia dan beberapa dasar untuk melatih menuju kesempurnaan.
Pendahuluan / Prolog
Prolog
Tidak jemunya saya memimpikan akan sebuah generasi yang tumbuh dari ketahanan terhadap tempaan, yang bara dan nyalanya demikian murni, hingga terbuang segala potensi untuk berkarat. Saat saya memasang patok pertama, dari konsep ini, saya sudah mem-bayangkan akan para penghuni kemah. Mereka adalah anak muda yang nyala matanya demikian tajam. Anak muda dengan bahu yang siap memikul gunung. Panas dan hujan, bukan halangan bagi mereka untuk memasak semangkuk soup cinta, untuk dinikmati bersama.
Yah, saya memang merindukan manusia yang menghargai arti cinta. Betapa hal itulah yang menjadi satu-satunya penopang kehidupan. Kita sudah lelah dengan perang dan permusuhan, tenaga kita begitu terkuras mencari siapa yang salah, atas keadaan yang tidak begitu baik. Kita juga telah lama berkubang dalam lumpur kedangkalan, sehingga membuat tindakan-tindakan kita jauh dari makna, dan terkesan murahan.
Apa pentingnya semua itu? Jika kehidupan hanya soal perut dan urusan di bawahnya. Jika membangun peradaban hanya cukup dengan popcorn dan hotdog, maka cukuplah setiap manusia belajar kepada binatang, tentang caranya bercinta, berkelahi, dan memangsa buruan.
Ada dua hal yang membuat manusia mulia, pertama adalah hatinya; apa yang terkandung di dalamnya. Kedua, adalah akalnya; untuk apa dan bagaimana ia digunakan. Dari keduanya, per-adaban sebuah generasi akan diwujudkan; dari hati dan pikiran.
Penulis
KI Ageng Mantyasih - Ki Ageng Mantyasih adalah nama julukan Muhammad Zainur Rakhman di kalangan komunitas diskusi spiritualnya. Lahir di Purwokerto, pada 9 Oktober 1987. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di kota kelahirannya. Kemudian melanjutkan belajar filsafat di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Setelah sempat belajar bahasa dan sastra di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, kini sedang menekuni tasawuf dan psikoterapi di Universitas Islam Negeri Walisongo.
Santri alumni Pondok Pesantren al-Amin Mersi, Purwokerto, asuhan Guru Mursyid Thariqah Asy Syadziliyah, Abah KH. Chabib Makky ini, menulis sejak 2010. Buku pertamanya berjudul Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih (Mantyasih), diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo. Buku-buku yang lain diantaranya, Suluk Begja (Garudhawaca, 2012), Kawruh Begja Sawetah (Dahara Prize, 2013), Kitab Spiritual Daya Batin (Garudhawaca, 2015), dan Mantyasih, Kitab Keabadian Cinta (Garudhawaca, 2016).
Pemenang Sayembara Proposal Penulisan Sastra, Pusat Bahasa (2008) ini, juga menekuni dunia motivasi dan training, berbasis spiritual. Idenya mengenai “Empat Kode Mantyasih”, menjadi dasar dan nilai-nilai yang senantiasa diberikan dalam ceramahnya.
Bermukim bersama istrinya, di Kampung Karonsih Kelurahan Ngaliyan, Semarang, ia mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pelayanan dan saling berbagi pengetahuan serta pengalaman dalam dunia spiritual dan kebatinan.
Daftar Isi
Sampul
Daftar isi
Prolog: Semua Menjadi Satu
Sembilan Konsep
Sadar
Potensi
Inspirasi
Ruhani
Intuisi
Tabiat
Unik
Alami
Latihan
Tiga Sarana
Doa
Kontemplasi
Visualisasi
Empat Aplikasi
Olah Nafas
Olah Pikir
Olah Rasa
Olah Gerak
Bonus Spiritual
Suplemen Satu: Apa yang Bisa Kamu Lakukan dalam Cinta?
Suplemen Dua: Manajemen Diri - Apa yang Harus Seseorang Lakukan dalam Hidupnya?
Epilog: Sekolah Kearifan
Tentang Penulis