Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Luru Pepadhang

Butir-Butir Cahaya Ki Ageng Mantyasih

1 Pembaca
Rp 52.000 42%
Rp 30.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 90.000 13%
Rp 26.000 /orang
Rp 78.000

5 Pembaca
Rp 150.000 20%
Rp 24.000 /orang
Rp 120.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Luru Pepadhang, adalah buah dari sikap luhur seorang murid atau pembelajar. Wisnu Prayudha, mendalami dan menyelami hakikat hidup dan “sangkan paran” melalui gurunya “Ki Ageng Mantyasih” melalui komunitas belajar Ordo Futuwwah. Buku ini adalah penjabaran Wisnu atas beberapa butir-butir kebijaksanaan dari gurunya tersebut. Meski terasa acak, tetapi buku ini cukup menolong dengan menyajikannya dalam artikel-artikel pendek yang membuat kita bisa membacanya sewaktu-waktu dan bisa berhenti sejenak di manapun titik untuk merenungkannya kembali.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Wisnu Prayuda

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786234220346
Terbit: Oktober 2022 , 124 Halaman










Ikhtisar

Luru Pepadhang, adalah buah dari sikap luhur seorang murid atau pembelajar. Wisnu Prayudha, mendalami dan menyelami hakikat hidup dan “sangkan paran” melalui gurunya “Ki Ageng Mantyasih” melalui komunitas belajar Ordo Futuwwah. Buku ini adalah penjabaran Wisnu atas beberapa butir-butir kebijaksanaan dari gurunya tersebut. Meski terasa acak, tetapi buku ini cukup menolong dengan menyajikannya dalam artikel-artikel pendek yang membuat kita bisa membacanya sewaktu-waktu dan bisa berhenti sejenak di manapun titik untuk merenungkannya kembali.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Seseorang seringkali berada di suatu tempat dan keadaan yang tidak diperkirakan sama sekali. Seolah di luar rencana dan kehendaknya, seseorang mendapati suatu soal yang mesti ia jawab dengan segenap kapasitasnya, siap atau tidak siap. Perjalanan kehidupan pun menjadi sesuatu yang asyik, jika kapasitas yang dimiliki memang penuh kesiapan, atau meskipun belum terlalu siap, setidaknya mau belajar dan menjadikan diri layak untuk sebisa-bisanya menjawab soal kehidupan.

Tentu saja, di sini tidak ada kisi-kisi, apalagi bocoran atau kunci jawaban. Kita akan dipaksa menjawab, dan soal benar atau salahnya jawaban kita, kita akan menemu reward-nya dalam soal berikutnya. Berita baiknya, soal tidak akan pernah habis, dan setiap jawaban akan berakibat menentukan soal berikutnya. Kira-kira begini, kalau jawabannya ngawur, maka soal berikutnya akan lebih ngawur lagi, terus-menerus seperti itu, sehingga hidup menjadi episode kengawuran, ngga jelas, ngga guna, ngga manfaat, ngga ada makna.

Tapi, Tuhan Maha Baik. Di setiap episode, Dia kirimkan mentor bagi kita, untuk membantu kita mengasah kapasitas, sehingga kita mampu menjawab soal kita sendiri, setidaknya, kalaupun tidak benar-benar amat, ya tidak terlalu salah. Dan memang, salah atau benar pun, tetap ada hikmahnya. Itulah Maha Baiknya Tuhan. Bahkan di setiap kesalahan, bisa ditemukan kebenaran dan kebaikan.

Bukankah episode kehidupan dunia, diawali dari kesalahan Bapak kita, Adam as, yang kurang tepat menjawab soal, “Jangan dekati pohon itu”. Lalu, improvisasi terjadi sebagaimana memang yang sudah ditetapkan-Nya di zaman azali; pohonnya didekati, buahnya dimakan, lalu episode dunia keturunan Adam as dimulai. Ditambah bonusnya, sumpah penyesatan dari Iblis hingga hari akhir. Jadi, semua memang sudah ada tulisnya.

Apa yang terjadi kalau Adam as tidak memakan buah larangan, dan Azazil berkenan dengan segenap kerendahan hatinya, bersujud pada Adam (sehingga tidak ada cerita ganti nama menjadi Iblis), apakah happy ending? Tetap saja, akan ada soal yang lain, dengan jawaban yang lain, yang dengan jawaban itu, akan tergelar seluruh Kehendak-Nya, tanpa ada yang bisa menghalangi.

Maka, dalam kita menaikkan kapasitas itu, dalam kita belajar pada mentor, pada guru, kuncinya adalah pene¬rimaan, dan penyerahan. Jiwa yang murni, yang siap untuk ditatah (dipahat) dan disempurnakan. Siap melalui proses. Sekali lagi, itu pun bisa jadi tidak kebeneran. Berkali-kali datang mentor kiriman Tuhan, berkali-kali juga kita menolak dan mengabaikan. Asyik dengan kenikmatan dan kesenangan.

Semua itu pilihan. Adam berbuat salah, lalu siap memperbaiki. Iblis berbuat salah, dan tetap merasa benar. Pertanyaan untuk kita, apakah kita siap ketika mentor itu datang? Ataukah kita selalu merasa cukup, sehingga terus-menerus menolak dengan kekhasan yang selalu sama, “Aku lebih baik daripada dia”, bahkan, “Aku lebih baik dari segalanya”. Sikap pilihan kita yang menentukan bagaimana kita akan menjawab soalnya, dan bagaimana soal-soal akan lahir akibat dari jawaban kita.

Buku ini ditulis dalam rangka pembelajaran itu, meningkatkan kapasitas, agar kualitas jawaban kita makin baik, sehingga soalnya pun akan makin berkelas. Ditulis oleh seorang murid yang amat khidmat pada guru-nya yang lakunya sudah bisa menjadi pepadhang hingga gurunya pun tidak ragu mangestoni, dan memberikan beslit kelulusan (dengan bukti tulisan ini, engkau telah khatam dengan sebaik-baiknya). Dan semoga ini menjadi penye¬mangat bagi siapa pun yang masih ingin belajar, masih berkenan belajar, atau baru ingin mulai belajar.

Semoga keberkahan Ilahi mengalir di setiap huruf-nya, pada setiap katanya memuat rahmat, dan dalam baris-baris kalimatnya, menjadi cahaya (pepadhang), bagi kita semua. Inilah Luru Pepadhang, kitab pembelajar sejati, kitab pengasahan jati diri. Rahayu!

Muhammad Zainur Rakhman*

Penulis

Wisnu Prayuda - lahir di Semarang, 4 Mei 1996. Di kota itu pula ia tumbuh dan berkembang. Menyelesaikan jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi di kota kelahirannya. Alumnus UIN Walisongo Semarang dan Futuwwah Institut. Ia pernah juga singgah untuk nyantri di Ponpes Al-Itqon Bugen asuhan Romo Kyai Haris Shadaqah.

Menulis sejak 2016. Karya pertamanya yang terbit ialah Fedeli d’Amore “mereka yang setia dalam cinta” (Garudhawaca, 2018) yang ia tulis secara kolektif bersama teman-teman Ordo Futuwwah.

Laki-laki ini, kini bekerja sebagai serabutan kehidupan. Ia bisa saja tampak di ruang-ruang kelas Yayasan Perintis 29 Semarang dan SMK Nurul Islami Semarang, kadang juga terlihat di sebuah warung Mie Ayam yang ia kelola bersama orangtuanya. Pengelola bisnis kecil Tahu Bakso Kinasih dan Kandjeng Semarang Pomade ini juga menggeluti kegiatan pendidikan non-formal di lingkungan TPQ Nurul Hikmah dan Madrasah Diniyyah Al-Iskandariyah.

Selain itu, ia juga turut andil dalam bidang sosial dan pendidikan bersama komunitas Ordo Futuwwah Nusantara yang didirikan oleh Abah Muhammad Zainurrakhman (penulis buku mantyasih) sedang ia sendiri sebagai ketua komunitasnya.

Kini bersama istrinya, ia bermukim dan mendarmakan hidupnya dalam ranah sosial, pendidikan dan keagamaan di kampung kebonharjo, Semarang, pesisir pelabuhan Tanjungmas.

Daftar Isi

Sampul
Verso
Pengantar
Sepenggal Perjalanan Hidup Ki Ageng Mantyasih
Daftar Isi
Menjaga Keseimbangan
Posisi Guru Di Hadapan Kita
Ridho Kepada Bimbingan Guru
Sebuah Hal Tentang Keikhlasan
Penyatuan Gerak Lahir Dan Gerak Batin
Kepada Takdir Yang Berhembus, Ke Mana Jiwa Itu Akan Menuju?
Buah Berthariqah
Futuwwah
Puncak Peradaban
Harta Karun Kehidupan
Cerminan Batin
Memuliakan Makhluk, Memuliakan Penciptanya
Menyempurnakan Sabar Dengan Syukur
Menemukan Irama Hidup
Hidup Penuh Keberkahan
Mengendapkan Masalah, Menemukan
Waktu Bersama Sang Kekasih
Menjalankan Dawuh-dawuh Guru
Ketetapan Allah Selalu Yang Terbaik
Merenungi Diri
Memungut Berkah
Doa Adalah Bagian Dari Usaha
Menjadi Cahaya-nya
Mengikhlaskan Doa
Merayu Sang Kekasih
Berbagi Doa, Berbagi Bahagia
Memurnikan Diri, Menemukan Kejernihan
Menulis: Sebuah Upaca Mendidik Diri
Kekuatan Jiwa
Kemampuan Mencintai Tanpa Syarat
Menyempurnakan Akal Dan Hati
Perisai Zaman
Sholawat Adalah Cahaya
Tuah Sholawat
Belajar Dari Sayyidina Ali
Menempa Diri
Sholawat Dan Al-qur’an
Gelombang Fatihah
Laku Sholawat
Cinta Kepada Rasulullah Muhammad
Melebur Dosa
Belajar Kepada Kyai Sholeh Darat
Mendekatkan Diri Kepada Para Kekasih-nya
Mengakrabi Ramadhan
Cahaya Muhammad
Pandangan Kasih
Melebur Ego Diri
Indahnya Memahami Sesama
Menjadi Pecinta
Berpikir Seimbang
Menapaki Tangga-tangga Kebenaran
Epilog
Daftar Pustaka
Biografi Penulis