Ikhtisar
Remang-Remang Kontemplasi, adalah kumpulan esai-esai di ranah sastra dan pendidikan sastra yang ditulis Setia Naka Andrian di berbagai media sebelumnya. Setia adalah seorang sastrawan yang juga dosen di Universitas PGRI Semarang. Buku ini memuat banyak gagasan-gagasan serta kritiknya yang tajam dan berisi. Bisa dikatakan buku ini adalah bentuk pemberontakannya. Buku ini telah memenangkan Penghargaan ACARYA SASTRA 2017 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pendahuluan / Prolog
Pengantar
Sejumlah tulisan yang bermula dari kumpulan artikel yang pernah ditulis di berbagai media massa seperti koran, sudah bisa dibayangkan bahwa temanya sangat beragam. Keragaman tema tersebut, dilatarbelakangi oleh banyak situasi yang melingkari peristiwa yang sedang muncul saat itu yang kemudian ditangkap secara kreatif oleh seorang Naka. Saya lebih suka menyebutnya Naka karena lebih dekat dengan nakal daripada sebutan Setia.
Nakal biasanya menghinggapi anak-anak kreatif, sementara “Setia” justru bisa berlaku sebaliknya yakni “meng-iya-kan” begitu saja terhadap apa yang ada. Kenakalan Naka diwujudkan ke dalam ggasan kratif yang bisa saja ejawantah dari kebutuhan menjelaskan ‘duduk persoalan’ menurut versinya, atau justru sebaliknya, sebagai ‘cara memberontak’ terhadap keadaan.
Kebutuhan untuk ‘memberontak’ inilah sebetulnya yang menjadi dasar bagi orang-muda untuk mengatakan ‘sesuatu yang lain’. Dia lebih memilih untuk memberontak lewat tulisan, bukan lewat demonstrasi ke jalan. Pemberontakan itu terjadi sebagai wujud keresahan kognitif sebagai anak kandung intelektualitas.
Resah, galau, dan “ketidakterimaan” terhadap kahanan, syukur lagi untuk tujuan ‘mengklarifikasi’ agar sesuatu penyimpangan menjadi lebih benar, merupakan pilihan yang harus dipuji. Dan ini, diwujudkan ke dalam tulisan dalam wujud artikel dalam jumlah yang lumayan banyak, 46 artikel. Tentu jumlah ini akan bertambah terus seirama dengan kesanggupan dia untuk menulis dan menulis.
Penulis
Setia Naka Andrian - Setia Naka Andrian, Lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Pengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang. Aktif di beberapa komunitas di Semarang dan sekitarnya. Puisinya tergabung dalam banyak antologi seperti Kursi Yang Malas Menunggu (TBJT Surakarta dan Hysteria Semarang, 2010), Sogokan Kepada Tuhan (Lestra Kendal, 2012), Dari Gentar Menjadi Tegar (Komunitas Bergerak Seni Indonesia Berkabung, 2015), Cahaya dari Kebun Kata (TBJT Surakarta dan PSK Kendal, 2017), Puisi-Puisi Munsi (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017). Cerpennya tergabung dalam antologi Bila Bulan Jatuh Cinta (Gradasi Semarang, 2009), Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, 2010), Tanda (Teater Semut Kendal, 2010), Tatapan Mata Boneka (TBJT Surakarta, 2011), Perempuan Bersayap di Kota Seba (Kias Upgris, 2011). Naskah dramanya tergabung dalam kumpulan Kitab Lakon #1 Dongeng Negeri Dongeng (Teater Gema, 2012), esainya tergabung dalam kumpulan esai Mengingat Guru (Kias Upgris, 2011). Tulisannya berupa puisi, cerpen, esai dan resensi dimuat di beberapa media lokal maupun nasional, Buku kumpulan esainya, Remang-Remang Kontemplasi (Rumah Diksi Pustaka, November 2016) yang telah mendapatkan Penghargaan Acarya Sastra 2017 dari Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Daftar Isi
Sampul
Pengantar Membaca Proses Kreatif Naka
Daftar Isi
Daftar Riwayat Publikasi
Seni Budaya
Meraba Langkah Kreatif
'Kekuatan' Media Alternatif Sastra
Mati Suri Sastrawan (Kampus)
Mengalir dari Bawah ke Atas
Lawak Teater dan Distorsi Ingatan Papua
Tradisi Instan
Aktor; Eksistensi Tubuh yang Bersilaturahmi
Allah, Surga Bagi Orang-orang Beriman
Stigma Sejarah dalam Teater
Sihir Politik Wayang Banyolan
Kita Rayakan Jasanya Setelah Meninggal
Komunitas dan Produksi Identitas
CommaWiki, Kamus Bahasa Kekinian
Masih Perlukah Label Kota Seni Budaya?
Jagat Musik Indie Kendal
Urbanisme dan Riwayat Kampung
Digitalisasi Ojek dan Taksi
Kartini dan Keajaiban Surat
Kelaziman dan Abad yang Berlari
Membangun Kota dengan Seni
Seni yang Meriwayatkan Kearifan
Komunitas Penjaga Literasi
Eksekusi Kemanusiaan dalam Teater Monolog
Sastra
Puisi, Muara Individu Beragama
Pengakuan Kecil untuk Penjagal Itu Telah Mati
Maskulinitas Ibu dan Kemuliaan Kecil di Sekitarnya
Kisah Drama Kampung Berfilosofi Jawa
Makam Leluhur dan Kemuliaannya
Roh Spiritual di Jagat Fiksi
Rendra, Puisi dan Masa Lalu Keabadian
Rendra, Ziarah Kata dan Doa
Afrizal Malna; Fenomena Tubuh dan Bahasa
Orasi Jungkir-Balik di Tubuh Fiksi
Kehancuran Narasi dalam Novel
Kisah Novelis Gitaris
Novel Les Privat Bagi Musisi
Pendidikan
Guru Saya Rajin Minum Susu
Ikhtiar Pemerataan Label Sekolah
Peneladanan Dharma Perguruan Tinggi
Menyulut Uji Kompetensi Guru
Kematian Anak di Televisi
Gelimang 'Kado' untuk Guru
Mental Plagiarisme
Angin Segar Bagi Ilmuwan Kita
Nasib 'Tayangan Jalanan' pada Era Petisi Cyber
Gerak Pendidikan Kita
Ikhtiar Memaknai Perayaan Hari Merdeka
Kampus Bukan 'Menara Taring'
Menakar Hakikat Pensi Sekolah
Mengoptimalkan Kesenian di Sekolah
Apresiasi Remang-Remang Kontemplasi
Setia Naka Andrian, Kegelisahan, dan Realitas Sosial Budaya yang “Sakit”
Profil Penulis