Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Tukang Becak Jadi Mayor TNI

Kisah Mayor Abdullah Pahlawan 10 November yang Terlupakan

1 Pembaca
Rp 42.000 52%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Abdullah adalah satu dari sekian tukang becak yang buta huruf di masa revolusi. Abdullah juga salah satu aktor walau yang dilupakandalam Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Abdullah sebagai orang yang bisa dijadikan wakil dari ribuan pejuang yang tak dikenal dan tak diingat. Dimana ribuan orang-orang ini bisa jadi juga buta-huruf seperti Abdullah, dan juga pekerja kasar sehari-harinya. Sekian banyak dari ribuan orang yang terlibat dari 10 November 1945 itu bisa jadi tak diketahui tanggal lahirnya juga seperti Abdullah. Buku tentang Mayor Abdullah ini saya persembahkan untuk ribuan orang yang berjuang tanpa takut, juga tanpa pamrih di Surabaya pada Peristiwa 10 November 1945. Sosok unik Mayor Abdullah ini, saya harap bisa mengingatkan kita semua untuk tidak takut dalam menghadapi apapun. Serta tak pernah menyerah untuk belajar seperti Mayor Abdullah yang belakangan tak lagi buta-huruf dan punya karir bagus sebagai Mayor TNI.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Petrik Matanasi

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786027949621
Terbit: November 2015 , 108 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Abdullah adalah satu dari sekian tukang becak yang buta huruf di masa revolusi. Abdullah juga salah satu aktor walau yang dilupakandalam Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Abdullah sebagai orang yang bisa dijadikan wakil dari ribuan pejuang yang tak dikenal dan tak diingat. Dimana ribuan orang-orang ini bisa jadi juga buta-huruf seperti Abdullah, dan juga pekerja kasar sehari-harinya. Sekian banyak dari ribuan orang yang terlibat dari 10 November 1945 itu bisa jadi tak diketahui tanggal lahirnya juga seperti Abdullah. Buku tentang Mayor Abdullah ini saya persembahkan untuk ribuan orang yang berjuang tanpa takut, juga tanpa pamrih di Surabaya pada Peristiwa 10 November 1945. Sosok unik Mayor Abdullah ini, saya harap bisa mengingatkan kita semua untuk tidak takut dalam menghadapi apapun. Serta tak pernah menyerah untuk belajar seperti Mayor Abdullah yang belakangan tak lagi buta-huruf dan punya karir bagus sebagai Mayor TNI.

Pendahuluan / Prolog

Prolog
Abdullah hanya sesekali disebut dalam sejarah Indonesia. Sulit menemukan anak sekolah yang tahu sedikit tentang siapa itu Abdullah alias Mayor Dullah alias Mayor Abdullah. Tentang 10 November 1945, orang hanya kenal Bung Tomo alias Soetomo saja.

Sedikit sekali tulisan yang membahas tentang mayor kita, Abdullah. Sebuah buku terbitan Pusat Sejarah Militer tahun 1959, Pradjurit Mengabdi : Gumpalan Perang Kemerdekaan Bataljon Y—yang disusun oleh Radik Djarwadi bersama Kapten B Sumitro, Kapten Suharto, Kapten Supangkat, Kapten Muh. Jassin, Kapten Ichdar. Selain Radik Djawadi, para kapten itu adalah veteran Batalyon Y yang dulunya pernah disebut sebagai: Batalyon XVII -- Batalyon Abdullah -- Batalyon 711. Buku ini, menurut Harry Poeze begitu menyanjung Abdullah. Abdullah sendiri adalah tokoh sentral dari buku dan sejarah Batalyon Y itu.

Dalam in Memoriam: Tewas dalam melakukan tugas untuk Ibu Pertiwi: Letkol Sudiarto dan Major Abdullah di suratkabar Merdeka (edisi 12 Oktober 1950) menyebut: Abdullah menjadi terlibat dalam ALRI setelah mengangkut gratis para pejuang ALRI dengan becaknya. Ia kawin dengan seorang guru yang mengajarnya membaca dan menulis. Majalah Detak 3-133 tanggal 10 Aprll 2001 juga menuliskan kisah pendek tentang Mayor Abdullah.

Penulis

Petrik Matanasi - Petrik M, adalah alumni Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Petrik sangat menyukai sejarah terutama yang berkaitan dengan militer baik masa kolonial maupun di masa Republik. Petrik sering menyebut dirinya adalah Sejarawan partikelir. Usai kuliah ia sempat menyambung hidup dengan mengajar Sejarah di Sampoerna Academy Boarding School Bogor yang punya banyak siswa asyik untuk diskusi Sejarah dan kini menekuni dunia jurnalisme sejarah. Banyak buku telah ia tulis di beberapa penerbit.

Daftar Isi

Verso
Kata Pengantar
Daftar Isi
Mayor Abdullah Si Anak Revolusi
Orang Indonesia Jadi Mayor
Pemuda Jelata Mengayuh Roda Tiga
Gejolak Revolusi Soerabaia 1945
Jadilah Dia Mayor Revolusi
Gerilya Melawan Serdadu Ratu Singa
Melawan Angkatan Perang Soumokil
Perginya Si Anak Revolusi
Lampiran
Referensi
Penulis