Tampilkan di aplikasi

Buku Garudhawaca hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Perayaan Laut

Segenggam Puisi

1 Pembaca
Rp 42.000 52%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Perayaan Laut, adalah kumpulan puisi berisi karya-karya terpilih Setia Naka Andrian yang ditulis pada kurun 2008-2015. Buku ini Menjadi penanda proses kepenyairaanya hingga 2016. Beberapa puisi ini pernah dimuat di media cetak seperti Suara Merdeka, Solopos, Pikiran Rakyat, Jawa Pos dan Media Indonesia. Setia Naka Andrian adalah salah satu penyair Jawa Tengah yang cukup produktif. Kumpulan puisi Perayaan Laut ini menjadi salah satu buku penting untuk menyimak perkembangan sastra kekinian di Jawa Tengah maupun Indonesia.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Setia Naka Andrian

Penerbit: Garudhawaca
ISBN: 9786026581150
Terbit: Agustus 2017 , 111 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Perayaan Laut, adalah kumpulan puisi berisi karya-karya terpilih Setia Naka Andrian yang ditulis pada kurun 2008-2015. Buku ini Menjadi penanda proses kepenyairaanya hingga 2016. Beberapa puisi ini pernah dimuat di media cetak seperti Suara Merdeka, Solopos, Pikiran Rakyat, Jawa Pos dan Media Indonesia. Setia Naka Andrian adalah salah satu penyair Jawa Tengah yang cukup produktif. Kumpulan puisi Perayaan Laut ini menjadi salah satu buku penting untuk menyimak perkembangan sastra kekinian di Jawa Tengah maupun Indonesia.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Buku kecil ini, Perayaan Laut, kumpulan puisi pertama yang menjadi penanda pelepasan masa lajang saya, sebuah perayaan yang tentunya harus saya tempuh agar ‘setidaknya’ menjadi ikhtiar seperti yang dilakukan manusia pada umumnya.

Selain itu, buku kecil ini setidaknya menjadi upaya lain dalam proses berpuisi saya selama rentang 2008-2015. Meskipun sebelumnya, saya sempat berproses kecil pula ketika masih bermalas-malasan di bangku SMA, dan buku kecil ini, saya persembahkan khusus untuk awal perjumpaan proses kreatif saya di SMA N 2 Kendal, kepada kedua Bapak/Ibu Guru saya, Yuniasih dan Muslichin. Kedua guru yang sempat menyesatkan saya untuk berpuisi, hingga akhirnya selepas lulus sekolah, menguatkan niat saya untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP PGRI Semarang, saat ini Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).

Saat di Semarang, saya berupaya menempa diri untuk melanjutkan proses kreatif bersama teman-teman seperjuangan, terutama bersama beberapa teman dengan membentuk Komunitas Lembah Kelelawar, terima kasih yang dalam untuk Widyanuari Eko Putra; rekan yang membantu membaca bundelan puisi-puisi dalam buku ini sebelum terbit, ia kritikus yang sudah keras kepala untuk menekui menulis sejak awal perjumpaan kami, penulis buku Usai: Membaca dan Menulis; kemudian Sulung Pamanggih, cerpenis muda yang cukup misterius dan sangat nyinyir dalam setiap obrolan-obrolan ‘berkelelawar’ kami, yang sempat bilang kepada saya, “Bro, bapak saya gagal menjadi penulis, maka saya sudah tentu tak boleh mengulang kegagalan itu!” Namun saat ini sepertinya ia ‘hampir’ melupakan kami, lulus kuliah kabur begitu saja tanpa pamit. Katanya saat ini menyibuki warung kopi ciptaannya, Kedai Malas di Pemalang, kota kelahirannya. Kemudian ada pula Ibrahim Bhra, sutradara Teater Tikar dan pembaca puisi yang begitu mengagumi Rendra, hingga saya sempat bilang kepadanya, “Bro, pembacaan puisimu, gaya bicaramu, semua mirip Rendra, namun ada satu hal yang saya rasa sangat tidak mirip!” Lalu dia bertanya penasaran, “Apa itu, Bro?” Saya jawab dengan lantang, “Kisah asmaramu!” Lha sampai saat ini, ia masih saja jomblo!

Penulis

Setia Naka Andrian - Setia Naka Andrian, Lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Pengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang. Aktif di beberapa komunitas di Semarang dan sekitarnya. Puisinya tergabung dalam banyak antologi seperti Kursi Yang Malas Menunggu (TBJT Surakarta dan Hysteria Semarang, 2010), Sogokan Kepada Tuhan (Lestra Kendal, 2012), Dari Gentar Menjadi Tegar (Komunitas Bergerak Seni Indonesia Berkabung, 2015), Cahaya dari Kebun Kata (TBJT Surakarta dan PSK Kendal, 2017), Puisi-Puisi Munsi (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017). Cerpennya tergabung dalam antologi Bila Bulan Jatuh Cinta (Gradasi Semarang, 2009), Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, 2010), Tanda (Teater Semut Kendal, 2010), Tatapan Mata Boneka (TBJT Surakarta, 2011), Perempuan Bersayap di Kota Seba (Kias Upgris, 2011). Naskah dramanya tergabung dalam kumpulan Kitab Lakon #1 Dongeng Negeri Dongeng (Teater Gema, 2012), esainya tergabung dalam kumpulan esai Mengingat Guru (Kias Upgris, 2011). Tulisannya berupa puisi, cerpen, esai dan resensi dimuat di beberapa media lokal maupun nasional, Buku kumpulan esainya, Remang-Remang Kontemplasi (Rumah Diksi Pustaka, November 2016) yang telah mendapatkan Penghargaan Acarya Sastra 2017 dari Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Riwayat Publikasi
Pengantar Penyair
Bidadari Tidur dalam Kitab Suci
Cincin Seikat Rambut
Air Mata Lilin
Menara Layang-Layang
Abdi Doa Kepada Kekasihnya, Mati
Kunang-Kunang Kota
Surat Menginap di Surga
Cerita Keabadian Untuk Kekasihnya, Mati
Surga Gergaji Tua
Monumen Lampu dalam Botol
Musim Selingkuh
Ingin Rasanya Berziarah di Matamu
Beberapa Nama yang Sering Muncul di Ponselku
Bibirmu Mengibaratkan Perpisahan
Untuk Pernikahan yang Tak Sebatas Ciuman
Kaki dan Kenangan Kita yang Terpisah-Pisah
Balon Udara
Emansipasi Mutakhir
Perasaan Sepenuh Matematika
Dari Perempuan Elegan Hingga Perempuan Es Degan
Kita Lahir Dari Musim Yang Bersebelahan
Takdir Yang Mempertemukan Kita
Bunga Yang Tumbuh Dari Perahu
Sejarah Yang Berpamitan
Seorang Pemuda Di Hati Kita
Ada Yang Tenggelam Di Balik Rel Kereta
Republik Ponsel
Perihal Sandiwara
Dada Ini Milik Siapa
Rumah Samudera
Sedang Bocor Ya, Nur
Kening-Kening Yang Jarang Bertamasya
Nawaitu
Munajat Air Mata
Pistol Air
Air Mata Yang Hilang
Tabrakan
Ada Yang Mati Di Keningmu
Seorang Luka
Perempuan Berhati Kaca
Hari-Hari Yang Jauh Dari Doa
Akhir Bahagia
Rindu
Lampu Merah
Kehidupan Aneh Di Balik Jendela
Hujan, Maukah Kau Jadi Temanku
Televisi Yang Membesi
Negeri Berhidung Panjang
Ada Yang Begitu Pasrah
Surat Untuk Paman
Lima Setengah Tahun
Bola Dan Hujan Yang Mengguyur Stadion Mini Di Depan Rumahmu
Perayaan Laut
Ritual Panjang Umur
Perempuan Yang Ingin Menjadi Kereta
Uluran Tangan Angin Tropis
Kapal Dan Pedagang Ikan
Mataku Tersenyum Melihat Matamu
Kematian Hari-Hari Yang Menjadi Kamarmu
Perempuan Yang Tiba-Tiba Ingin Menjadi Pesawat Terbang
Perempuan Rantau
Kamar Mandi
Kita Dan Rumah Buku
Tuhan Masih Memilihmu
Hati Yang Berkacamata
Mereka Menyembunyikan Masa Depanmu
Malam Yang Malas Menyuburkan Mata
Potongan-Potongan Masa Depan
Pilihan Masa Depan
Masa Depan Yang Kelelahan
Bajingan Yang Mahir Membaca Doa
Selamat Pagi, Gema
Perempuan, Doa Dan Akhir Yang Sia-Sia
Surat Buat Keponakan
Balutan “Luka” Di Balik Perayaan Laut
Membedah Puisi Prosais Dan Puisi Gelap