Jurusan Laut Pernah kebayang tinggal di sebuah pulau yang terpencil? Pulau yang saking kecilnya, sampai begitu gampang digambar di peta – cukup dibikin kayak titik. Pulau yang begitu terpencil, hingga sinyal provider banyakan tenggelam dari pada timbulnya. Pulau yang sebegitu jauhnya, sampai butuh waktu sekitar 10 jam naik kapal cepat kalau mau ke pulau terdekat. Pulau yang begitu mini, sehingga lebih layak disebut kelurahan terapung, lantaran cuma dihuni sekitar 200 jiwa.
Pastinya, kamu bukan salah satu yang pernah ngebayangin hal itu ya? Dan kayaknya kebanyakan dari kamu yang juga nggak kebayang. Saya juga kok. Bahkan Zihni, teman baru saya dari Undip yang sekarang beneran tinggal di pulau macam itu, dulunya juga nggak nyangka bakalan dikirim ke sana oleh Indonesia Mengajar. “Dua minggu awal penempatan, saya syok mas. Kalau nggak bengong di pantai, tafakur di mesjid, ya saya di kamar. Bingung banget. Mau ngomong, orang-orang di sana nggak paham bahasa Indonesia, mau kontak sama teman-teman IM (Indonesia Mengajar) lainnya, sinyal hape tiarap. Gawat lah. Hahahaha!” ceritanya dengan cengkok bahasa Manado kepulauan namun masih dalam logat Jawa yang cukup medok.
Bagusnya, Zihni suka dengan laut. Saking sukanya, dia memilih Jurusan Kelautan di kampusnya. Jurusan yang cukup “antik” karena nggak banyak orang mau masuk ke situ. Siapa yang menyangka, kalau hal itu jadi salah satu hal yang membantunya untuk melewati masa-masa adaptasi ketika jadi Pengajar Muda di Pulau Nanedakele, salah satu pulau terluar di gugus kepulauan Sangihe Talaud. “Setiap ngeliat laut lepas rasanya gimana gitu mas. Apalagi kalau ikut sama para nelayan melaut, ketemu ikan-ikan aneh-aneh, wah lupa sama stres mas. Bawaannya senang terus,” kisahnya lagi. Tugas Zihni sebagai Pengajar Muda sebentar lagi beres. Otomatis, kalau nggak nerusin kontrak, dia akan kembali ke kota yang ditinggalkannya setahun lalu. Harusnya, sih, dia senang. Tapi nyatanya, lautan dan kehidupan di pulau masih memanggil-manggil Zihni buat kembali.
“Saya beneran merasa beruntung bisa ditempatkan di sini. Lebih beruntung lagi saya punya background pendidikan yang nggak biasa yang justru sangat berguna buat saya terapkan di sini sekarang ini. Ke depannya kalau boleh milih saya pingin nggak jauh-jauh dari laut sih mas,” bilangnya. Siap. Bu Susi, gimana? Siap nampung? -Tahuna, Sangihe, April 2016