Kapal. Saya selalu membayangkan HAI sebagai sebuah kapal. Yang dulunya dibangun dengan semangat menggelora untuk berlayar mengarungi lautan luas kehidupan dengan remaja, dalam hal ini kamu, sebagai penumpangnya. Dari waktu ke waktu, kapal bernama HAI ini bertugas mengantarkan generasi demi generasi ke daratan baru bernama kedewasaan. Pada masanya, saya sempat menjadi salah satu dari sekian banyak penumpang yang ikut dalam kapal ini. Selama menjadi penumpang itu, saya terpesona dengan kerja awak kapalnya, dan segala aktivitas yang ditawarkan oleh mereka. Sebegitu terpesonanya, hingga hal itu kemudian jadi salah satu cita-cita saya: jadi awak kapal HAI! Bisa jadi doa saya didengar oleh para malaikat, di satu kesempatan, saya beneran ditawari bergabung jadi awak kapal ini.
Senang? Pastinya! Wong jelas itu cita-cita saya kok. Begitulah. Dengan senang hati, kadang mual-mual sedikit ketika gelombang sedang tinggi dan badai besar melanda, saya kerjakan semua yang ditugaskan pada saya sebagai awak kapal. Nggak ada pikiran sama sekali saat itu bahwa polah dan kerja saya, bisa membawa saya ke posisi tertinggi di kapal ini, yaitu kapten. A 100% fun, and nothing else. Sekarang, di edisi ini, perjalanan saya bersama kapal bernama HAI harus diakhiri. Sedih, tentu saja. Cukup lama saya berada di kapal ini. Nggak sebentar pula saya menjadi kapten alias komandannya. Ibarat kata, mulai dari jeritan di haluan, anjungan sampai candaan di buritan, aroma semir kayu di ruang kemudi hingga bau oli yang menetes di ruang mesin kapal ini, sudah begitu familiar dan melekat di indera saya. Begitu pula khatamnya saya dengan karakter gelombang, badai, hujan serta lekuk selat atau teluk juga pantai berkarang yang harus dilalui selama ini. Bohong kalau saya bilang nggak sedih harus kehilangan itu semua.
Tapi, bukan cowok namanya kalau terus-terusan larut dalam sedih. Masih ada lautan lain yang bisa dan harus dijelajahi, bung. Satu hal yang paling membuat berbesar hati dan nggak larut termehek-mehek adalah saat melihat kapten pengganti saya buat melanjutkan perjalanan HAI. Namanya Bayu DM Kusuma. Seorang karib yang kalau dilihat dari kiprahnya di Majalah National Geographic Indonesia selama 11 tahun, saya percaya punya kemampuan ciamik buat mengarahkan kapal ini tetap bersetia di track-nya bahkan bukan nggak mungkin malah bisa membawanya menjangkau daratan-daratan yang bisa jadi belum sempat saya jelajahi sebelumnya. All in all, it’s been a wonderful journey, and nothing has been more valuable in this journey than to travel it with you. See you on the next trip, lads. Till then this is your Captain, docking out….