Tampilkan di aplikasi

Metafisika, dari Yunani menjadi Islami

Majalah Hidayatullah - Edisi 06/XXX
1 Oktober 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 06/XXX

Bukti tradisi ilmu dalam Islam yang toleran, tapi tetap teguh memegang prinsip ajaran.

Hidayatullah
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi ilmu. Para ulama tidak pernah menutup diri terhadap ilmu yang ada dan sedang berkembang di masyarakat. Jika ada ilmu yang berasal dari peradaban lain, para ulama tidak langsung menolaknya. Ilmu tersebut diadopsi dan diadaptasi berdasar nash alQur’an dan Sunnah. Yang sesuai diambil dan yang tidak sesuai dibuang.

Begitulah cara ulama dan para cendekiawan dalam menyikapi sebuah ilmu yang kemudian dikenal dengan istilah islamisasi. Ilmu filsafat yang berasal dari Yunani pun masuk ke wilayah kaum Muslimin. Salah satu cabangnya adalah metafisika. Para cendekiawan kemudian melakukan berbagai kajian.

Salah satu cabang ilmu filsafat ini mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu men jadi ada. Objek kajian metafisika meliputi “Yang ada sebagai yang ada” dan “Yang ilahi”.

Namun ketika mengkaji metafisika, para ulama menggunakan istilah yang berbeda dari konsep yang menjadi objek pembahasan sebelumnya. Karenanya tidak salah jika dikatakan secara tak langsung Islam telah memiliki konsep metafisikanya sendiri, yang berbeda dengan makna teks Yunani dan lainnya.

Sebagai contoh, dalam literatur Bahasa Arab, metafisika sering disebut dengan ungkapan ma’ba’d ath-thabi’ah (sesuatu yang berada setelah alam), alfalsafah al-ula (filsafat pertama), illahiyat (teologi, ketuhanan), atau bahkan hikmah (kebijaksanaan).
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI