Tampilkan di aplikasi

Investasi properti itu cengli asal mengerti

Majalah Housing Estate - Edisi 192
18 Agustus 2020

Majalah Housing Estate - Edisi 192

Navapark BSD

Housing Estate
Resesi akibat pandemi seperti saat ini adalah momen yang tepat berinvestasi dalam properti, karena harganya sedang turun. Perencana keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Ahmad menyatankan, saat resesi pilih instrumen investasi bernilai tinggi tapi sedang turun harganya. Contohnya, properti dan saham.

“Kalau dijual lagi saat ekonomi pulih, kita bisa dapet return berlipat-lipat. Untuk saham pilih yang bluechip. Sedangkan properti cari yang barangnya bagus, lokasi strategis, dan pemiliknya menawarkan dengan harga diskon,” katanya seperti dikutip CNN Indonesia akhir Juni lalu. Ia tidak menyarankan berinvestasi dalam emas, karena saat resesi harganya justru meninggi.

Hanya, tidak seperti di negara-negara maju, di Indonesia belum ada data supplydemand properti yang terpercaya. Developer berlomba membangun properti dalam waktu bersamaan tanpa data memadai.

Akibatnya, pasar kebanjiran suplai dan kita sulit memprediksi prospeknya. Kalau terlanjur membeli, kenaikan nilainya pelan saja dan sulit disewakan. Investor pun terpaksa menahan propertinya lebih lama sebelum bisa menjualnya dengan harga yang menguntungkan.

Bisa juga suplai tidak berlebihan, tapi developer ketinggian menetapkan harga jual, dan investor karena berbagai sebab menerima harga itu. Ini juga akan membuat kenaikan nilai properti dan pasar sewanya tidak menggembirakan. Lalu, bagaimana sebaiknya berinvestasi dalam properti supaya dapat return yang pantas? Tak ada satu jawaban yang cespleng. Seperti semua bentuk investasi, investasi properti juga ada proses dan lika-likunya. Semua harus dilalui dengan segala manis dan pahitnya.

Dari situ kita akan tahu bagaimana membuat investasi properti jadi cengli.
Majalah Housing Estate di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI