Tantangan bagi seorang arsitek dalam merancang, salah satunya adalah luas lahan. Semakin sempit lahan biasanya akan memberi tantangan yang lebih besar bagi seorang arsitek. Delution, sebuah biro arsitek yang digawangi arsitek-arsitek muda asal Jakarta, membuktikan kepiawaiannya dalam mendesain sebuah hunian di lahan terbatas. Melalui karyanya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, yang berjudul The Twins ini, Delution berhasil memenangkan Architizer A+Awards 2020 untuk kategori Small Architecture + Small Living by People Choice.
The Twins bersanding dengan empat karya arsitektur dunia lainnya untuk dipilih secara voting terbuka dalam penghargaan yang berpusat di New York, Amerika Serikat, tersebut. Melalui proses ini, penikmat arsitektur di dunia dapat memilih karya favoritnya untuk menjadi rumah kecil terbaik pilihan publik dunia.
Dua rumah tumbuh Di lahan seluas 70 m2 ini arsitek diminta untuk mendesain dua rumah untuk dua keluarga kakak beradik dengan total penghuni lima orang. Setiap keluarga membutuhkan privasi, ruang yang nyaman dan harmoni antara dua rumah dalam satu lahan.
Konsep pertama yang diusung arsitek dengan menegaskan bentuk bangunan untuk merespons lingkungan sekitar. Selain lahan terbatas, lokasi rumah ini berada di gang sempit selebar 1,5 meter yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Proyek yang diselesaikan pada tahun 2019 ini ditampilkan ikonik dengan banyak menggunakan dinding beton polos berwarna abu-abu pada fasad.
Berkaitan dengan anggaran, arsitek mengusulkan konsep rumah tumbuh, yakni dibangun secara bertahap dengan bujet yang sangat terjangkau. “Kami menyadari bahwa membangun rumah membutuhkan uang ekstra. Untuk mengatasi persoalan itu, kami konsepkan rumah tumbuh yang bisa dibangun dalam beberapa tahap,” kata Muhammad Egha, arsitek sekaligus CEO Delution. Pembangunan rumah ini dibagi tiga tahap dalam rentang waktu satu tahun.
