Mengejar Kualitas. Rasanya, dulu saya cukup mudah mendapatkan waktu 8 jam untuk tidur. Atau setidaknya 7 jam. Sekarang, kok, sepertinya sulit, ya. Kalau dikatakan karena pekerjaan, dari dulu juga saya sudah bekerja—walau tuntutannya memang berbeda. Sekarang ini saya membutuhkan waktu lebih banyak untuk membuka medsos, nonton TV, cari berita, traveling, juga untuk bertemu teman-teman yang dipicu melalui komunikasi di medsos. Tampaknya sekarang juga saya menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan—karena Jakarta semakin macet saja. Mungkin sebagian besar dari Anda mengalami hal yang sama.
Intinya, kehidupan kita semakin sibuk. Kehidupan kita juga semakin terburu-buru. Bila ditanya, ruang apa yang paling Anda dandani di rumah, jawaban paling sering saya dengar adalah ruang keluarga atau dapur. Setelah lelah menjalani hari yang sibuk, berselonjor sambil nonton TV di ruang keluarga, memang sangat menyenangkan. Bagaimana dengan kamar tidur? Ah buat apa bagus-bagus, mahal-mahal, toh yang lihat hanya kita sendiri, dan cuma dipakai untuk tidur, yang sehari cuma beberapa jam.
Sebenarnya, semakin kita memiliki sedikit waktu untuk tidur, semakin kita membutuhkan kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur yang baik, sangat dipengaruhi oleh desain kamar tidurnya. Karena bagaimana kita bisa tidur nyenyak bila kamarnya lembap karena kurang mendapat sinar matahari. Bagaimana kita bisa tidur pulas bila kamarnya penuh barang dan berantakan.
Kadang-kadang tidur juga perlu “pengantar”. Ada yang senang membaca buku, mendengarkan musik, atau berbincang-bincang ringan bersama keluarga. Itu semua tentunya bisa benar-benar menjadi pengantar tidur bila dilakukan di ruang yang bersih, rapi, dan enak dipandang. Kamar tidur dengan desain yang baik j uga akan membangun mood yang juga baik. Mood positif ini akan mendorong kita mudah merasa santai, dan akhirnya terlelap dengan pulas.