Pada bulan Mei lalu kami mendadak dapat “bonus” hari libur. Sebenarnya sih tidak ada instruksi resmi untuk libur, tapi sebagian besar tim Redaksi InfoKomputer memutuskan untuk bekerja di rumah karena jaringan internet kantor dipadamkan bagian TI untuk beberapa hari ke depan. Ternyata di belahan dunia yang lain, tepatnya di Mioveni, Rumania, sejumlah pekerja di pabrik mobil Dacia pun diminta pulang saja karena jaringan TI tidak berfungsi. Pabrikan otomotif lainnya, Renault, juga harus menghentikan aktivitas operasional di pabrik-pabriknya di Perancis.
Pelayanan pasien di enam belas rumah sakit di Inggris terpaksa dialihkan ke sistem manual. Dua rumah sakit besar di Indonesia pun bernasib sama, mereka harus beralih ke manual karena sistem jaringan tidak dapat difungsikan. Fedex dan Telefonica juga termasuk di antara korporasi besar yang lumpuh sistemnya. Apa gerangan yang sebenarnya terjadi? Itu semua akibat ancaman serangan ransomware yang dilancarkan hacker pada pertengahan bulan Mei lalu. Tak kurang dari 200 ribu mesin dan 10 ribu organisasi di 150 negara menjadi korban serangan ransomware bernama WannaCry ini dalam waktu tak kurang dari 48 jam. Tak mengherankan jika serangan ini begitu menyita perhatian warga dunia.
Di saat semua orang disibukkan oleh WannaCry, cryptocurrency miner Adylkuzz diam-diam beraksi menjadikan komputer sebagai budak tentara botnet. Malware yang pertama kali terdeteksi di bulan April ini mengincar mata uang digital Monero. Demikianlah, serangan demi serangan terus bermunculan di dunia maya dan dampaknya pada aktivitas kita di dunia nyata pun makin besar. Seorang petinggi perusahaan teknologi pernah berkata, menjaga keamanan data dan informasi ibarat hamster yang tengah berlari di roda berputar. Kita berlari sangat cepat tapi tak pergi ke mana-mana. Kita berlari makin cepat tetapi sulit menjadi yang teraman. Investasi besarbesaran dikucurkan untuk keamanan informasi, tetap saja perusahaan mengalami kebocoran.
Meski begitu, cybersecurity dan cybercrime tentu saja harus tetap menjadi perhatian semua pihak. Dalam serangan WannaCry kemarin, seorang petinggi Microsoft sampai-sampai mengingatkan Pemerintah AS agar memperlakukan aturan di dunia siber seperti halnya mereka mengatur peredaran senjata di dunia nyata.