Seorang bocah pengidap down syndrome bernama Jack berteriak riang ketika ia berhasil mengenakan sepatu pada kedua kakinya tanpa bantuan siapapun. Ia pun tersenyum bahagia saat memandangi sepatu baru yang dibelikan neneknya di salah satu outlet Designer Show Warehouse (DSW). Inilah “seni” dalam bisnis yang tak akan tergantikan oleh teknologi apapun. Namun teknologi dapat memampukan organisasi bisnis menerapkan the art of business terbaik.
Luapan kegembiraan Jack, kebahagiaan sang nenek, dan Ashlee Aldridge (SVP, Chief Information O cer, DSW) adalah bentuk selebrasi atas sebuah interaksi humanis antara DSW dan pelanggannya yang menciptakan sebuah pengalaman tak terlupakan oleh pelanggan. Hal semacam itu tak mungkin diotomatisasi dengan atau tergantikan oleh teknologi apapun.
“Itulah ‘seni’ dalam bisnis retail,” ujar Ashlee yang berbicara di hadapan para peserta Inforum 2017 di Javits Center, New York, AS, awal Juli lalu. Mengedepankan sebuah art atau seni dalam menjalankan bisnis retailnya ini adalah salah satu cara perusahaan yang sudah berusia seperempat abad itu untuk tetap kokoh berdiri di tengah gelombang digitalisasi bisnis.
Adapun yang dimaksud dengan seni oleh Ashlee Aldridge adalah sebuah pengalaman humanis yang dirasakan pelanggan melalui warna, tampilan, pengaruh, bahkan bebauan. Seni juga berarti sebuah koneksi humanis satu sama lain yang terjadi melalui interaksi. Namun untuk tetap eksis di jagat bisnis, seni saja tidak cukup. Teknologi informasi kini telah menjadi bagian penting di industri retail, tak terkecuali di DSW.
