Perusa haan dan organisasi berlombalomba meracik ulang produk dan layanannya untuk melipatgandakan inovasi. Salah satu teknologi yang bisa menjadi arsenal ampuh untuk melakukan itu adalah Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. Di Indonesia, AI disambut antusias oleh kalangan enterprise maupun consumer.
Menurut IDC FutureScapes 2019, 78% organisasi di Indonesia sepakat bahwa teknologi-teknologi berbasis AI akan menambah keunggulan kompetitif. Meski begitu, menurut Mevira Munindra, Head of Operations, IDC Indonesia, AI di Indonesia masih berada di antara tahap satu dan dua dalam Maturity Stage IDC. “Semua orang masih mengeksplorasi use case-nya seperti apa untuk AI. Akan tetapi yang paling sering kita temui memang chatbot yang dimanfaatkan untuk meningkatkan customer experience,” jelasnya.
Berdasarkan penuturan Mevira, IDC juga memprediksi bahwa sampai beberapa tahun ke depan, pemanfaatan AI di Indonesia masih akan berkutat pada conversational AI seperti chatbot. Atau boleh dibilang, “AI is the new UI”. Masih berdasarkan data dari FutureScapes 2019, sampai dengan 2022, 10% dari enterprise di Indonesia akan menggunakan teknologi conversational speech untuk berinteraksi dengan pelanggan.
Dan sampai dengan 2024, sepersepuluh dari aplikasi berbasis layar (screen-based apps) akan digantikan oleh antarmuka berbasis AI dan proses automasi. Selanjutnya, dalam kurun waktu 12-24 bulan ke depan, 36% enterprise Indonesia berencana mengimplementasikan chatbot, 30% akan mengaplikasikan RPA (Robotic Process Automation), dan 22% akan menerapkan non-conversational AI, misalnya AI untuk mendeteksi fraud dan memberikan rekomendasi produk.
