Tampilkan di aplikasi

Hak untuk mendapatkan pendidikan

Majalah Infokomputer - Edisi 10/2019
1 Oktober 2019

Majalah Infokomputer - Edisi 10/2019

Di Sekolah Dreamable, siswa ABK diajari keterampilan hidup agar mampu lebih mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Ada pelajaran memasak untuk memperkenalkan siswa dengan sayuran dan bahan makanan sederhana. Ada pula pelajaran berkebun

Infokomputer
Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Semangat inilah yang mendorong berdirinya Sekolah Dreamable di Bojongsoang, Bandung. Yulianti tidak pernah terpikir untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Namun pengalaman memiliki seorang anak tunagrahita menyadarkan wanita berusia 36 tahun ini penting pendidikan, termasuk bagi ABK.

Tujuannya hanya ingin memberikan pendidikan bagi ABK agar suatu hari mereka bisa lebih mandiri. Pada tahun 2015, ibu tiga anak ini berinisiatif membuat ruang belajar kecil bagi siswa ABK di rumahnya. Awalnya, usaha tersebut mendapat tentangan dari pihak keluarga yang menganggap putranya, Hanif Naufal, tidak perlu disekolahkan. Namun Yulianti tetap bersikukuh.

Ia mulai membekali putranya dengan pendidikan bina diri. Hanif diajar untuk mandi, membersihkan rumah, mencuci piring, mengaji, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Kini Hanif sudah bisa makan dan mandi sendiri. Bahkan mengerjakan tugas rumah tangga, seperti menyapu, mengangkat jemuran, dan mencuci piring.

Keputusan untuk mengajar ABK inilah yang mempertemukannya dengan Cecep Hidayat, Ketua Yayasan PKBM Hidayah. Bekerjasama dengan Cecep, Yulianti dan rekan-rekannya pun melakukan pendataan dan “penjaringan” dilakukan untuk mencari ABK di 6 desa di Kecamatan Bojongsoang. Usaha Yulianti ini seringkali mendapatkan penolakan.

Beberapa alasannya antara lain karena jarak rumah warga dengan SLB yang cukup jauh. Selain itu, orang tua enggan memasukkan anaknya ke sekolah karena sering mendapatkan ejekan dari anak-anak normal. “Ada anak yang sering diajak mengemis, ada juga yang dibiarin saja telanjang setiap hari,” cerita Yulianti. Masih banyak orang tua yang merasa malu akan kondisi anaknya
Majalah Infokomputer di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI