Tampilkan di aplikasi

Buku Jejak Pustaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Di Balik Nama Bulukandang

1 Pembaca
Rp 57.000 16%
Rp 48.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 144.000 13%
Rp 41.600 /orang
Rp 124.800

5 Pembaca
Rp 240.000 20%
Rp 38.400 /orang
Rp 192.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Sampai sekarang, Kandang dianggap sebagai tempat yang dikeramatkan oleh warga Bulukandang. Kandang‒yang terletak di tengah-tengah kuburan‒masih sering dikunjungi warga untuk ritual. Misalnya orang yang sakit, ingin punya hajat, atau kepentingan lainnya. Biasanya mereka membawa sesajen ke kandang berupa kue tujuh warna. Tumpeng lengkap dengan lauknya dibarengi dengan membakar kemenyan dan tabur bunga.

Kenapa mereka masih menaruh kepercayaan bahwa dengan memberi sesajen di Kandang akan membawa keberuntungan? Bambang Wahono dalam buku ini menyampaikan cerita legenda di balik fenomena tersebut.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Bambang Wahono

Penerbit: Jejak Pustaka
ISBN: 9786236424445
Terbit: Agustus 2021 , 94 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Sampai sekarang, Kandang dianggap sebagai tempat yang dikeramatkan oleh warga Bulukandang. Kandang‒yang terletak di tengah-tengah kuburan‒masih sering dikunjungi warga untuk ritual. Misalnya orang yang sakit, ingin punya hajat, atau kepentingan lainnya. Biasanya mereka membawa sesajen ke kandang berupa kue tujuh warna. Tumpeng lengkap dengan lauknya dibarengi dengan membakar kemenyan dan tabur bunga.

Kenapa mereka masih menaruh kepercayaan bahwa dengan memberi sesajen di Kandang akan membawa keberuntungan? Bambang Wahono dalam buku ini menyampaikan cerita legenda di balik fenomena tersebut.

Pendahuluan / Prolog

Di Balik Nama Bulukandang
Sampai sekarang, Kandang dianggap sebagai tempat yang dikeramatkan oleh warga Bulukandang. Kandang‒yang terletak di tengah-tengah kuburan‒masih sering dikunjungi warga untuk ritual. Misalnya orang yang sakit, ingin punya hajat, atau kepentingan lainnya. Biasanya mereka membawa sesajen ke kandang berupa kue tujuh warna. Tumpeng lengkap dengan lauknya dibarengi dengan membakar kemenyan dan tabur bunga.

Kenapa mereka masih menaruh kepercayaan bahwa dengan memberi sesajen di Kandang akan membawa keberuntungan? Bambang Wahono dalam buku ini menyampaikan cerita legenda di balik fenomena tersebut.

Penulis

Bambang Wahono - Namaku Bambang Wahono. Aku dilahirkan di desa Kedawungkulon, Pasuruan. Sebagai anak terakhir dari 7 bersaudara pasangan Achmad dan Sudjinah. Ayah dan ibuku adalah pelaku sejarah peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya yang mampu selamat dan hidup tenang sampai akhir hayatnya.

Aku adalah seorang guru yang berdinas di wilayah Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Riwayat pendidikan yang kutempuh adalah sekolah di SDN Arjosari I, SMPN Gratitunon, SPGN Probolinggo, S-1 Universitas Terbuka dan terakhir mendapatkan gelar Magister Pendidikan di Universitas Kanjuruhan Malang.

Buku berjudul “Dibalik Nama Bulukandang” ini adalah karya perdanaku yang kuikutkan lomba dan mendapatkan predikat sebagai Juara II Lomba Penulisan Cerita Rakyat Kabupaten Pasuruan Tahun 2017.

Daftar Isi

Kover Depan
Halaman Identitas
Prakata
Daftar Isi
1 Kampung Rimba
2 Pengemis Aneh
3 Putri Sekar Arum
4 Petaka di Atas Bumi Rimba
5 Pengorbanan
Tentang Penulis
Kover Belakang