Tampilkan di aplikasi

Buku Jejak Pustaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Komik Media yang Terus Bergerak

1 Pembaca
Rp 65.000 15%
Rp 55.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 165.000 13%
Rp 47.667 /orang
Rp 143.000

5 Pembaca
Rp 275.000 20%
Rp 44.000 /orang
Rp 220.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Komik Tintin lebih familiar di telinga kita dibanding penciptanya, Georges Prosper Remi yang memiliki nama pena Hergé. Di Indonesia, komik Tintin populer sejak terbit pada tahun 1975 melalui penerbit Indira. Tintin sangat berpengaruh pada tahun 1980‒1990-an, saat komik-komik masih didistribusikan, selain di toko buku, melalui kios-kios penyewaan buku atau taman bacaan.

Dalam salah satu tulisannya, Beng Rahadian mengambil satu sisi lain dari kepopuleran Tintin, yaitu pengaruh gaya menggambar‒yang kemudian ia sebut sebagai jejak Hergé ‒kepada komikus Indonesia. Meski tak banyak, kata Beng, penting sebagai catatan bahwa gaya Herge secara global telah memengaruhi komikus Indonesia yang masih bertahan hingga kini.

Lalu, indikator apa saja yang digunakan untuk mengenali gaya Hergé? Siapa saja komikus yang sadar maupun tidak sadar terpengaruh? Dan apakah jejak Hergé hanya dalam komik?

Jejak Hergé dalam buku ini juga beriringan dengan ulasan mengenai perkembangan media komik dan komunitas yang menghidupinya, komik sebagai media berekspresi, dan hubungan negara melalui komik.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Bambang Tri Rahadian, M.Sn.

Penerbit: Jejak Pustaka
ISBN: 9786239716974
Terbit: Juli 2021 , 112 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Komik Tintin lebih familiar di telinga kita dibanding penciptanya, Georges Prosper Remi yang memiliki nama pena Hergé. Di Indonesia, komik Tintin populer sejak terbit pada tahun 1975 melalui penerbit Indira. Tintin sangat berpengaruh pada tahun 1980‒1990-an, saat komik-komik masih didistribusikan, selain di toko buku, melalui kios-kios penyewaan buku atau taman bacaan.

Dalam salah satu tulisannya, Beng Rahadian mengambil satu sisi lain dari kepopuleran Tintin, yaitu pengaruh gaya menggambar‒yang kemudian ia sebut sebagai jejak Hergé ‒kepada komikus Indonesia. Meski tak banyak, kata Beng, penting sebagai catatan bahwa gaya Herge secara global telah memengaruhi komikus Indonesia yang masih bertahan hingga kini.

Lalu, indikator apa saja yang digunakan untuk mengenali gaya Hergé? Siapa saja komikus yang sadar maupun tidak sadar terpengaruh? Dan apakah jejak Hergé hanya dalam komik?

Jejak Hergé dalam buku ini juga beriringan dengan ulasan mengenai perkembangan media komik dan komunitas yang menghidupinya, komik sebagai media berekspresi, dan hubungan negara melalui komik.

Pendahuluan / Prolog

Komik Media yang Terus Bergerak
Komik Tintin lebih familiar di telinga kita dibanding penciptanya, Georges Prosper Remi yang memiliki nama pena Hergé. Di Indonesia, komik Tintin populer sejak terbit pada tahun 1975 melalui penerbit Indira. Tintin sangat berpengaruh pada tahun 1980‒1990-an, saat komik-komik masih didistribusikan, selain di toko buku, melalui kios-kios penyewaan buku atau taman bacaan.

Dalam salah satu tulisannya, Beng Rahadian mengambil satu sisi lain dari kepopuleran Tintin, yaitu pengaruh gaya menggambar‒yang kemudian ia sebut sebagai jejak Hergé ‒kepada komikus Indonesia. Meski tak banyak, kata Beng, penting sebagai catatan bahwa gaya Herge secara global telah memengaruhi komikus Indonesia yang masih bertahan hingga kini.

Lalu, indikator apa saja yang digunakan untuk mengenali gaya Hergé? Siapa saja komikus yang sadar maupun tidak sadar terpengaruh? Dan apakah jejak Hergé hanya dalam komik?

Jejak Hergé dalam buku ini juga beriringan dengan ulasan mengenai perkembangan media komik dan komunitas yang menghidupinya, komik sebagai media berekspresi, dan hubungan negara melalui komik.

Penulis

Bambang Tri Rahadian, M.Sn. - Bambang Tri Rahadian, M.Sn. atau biasa dikenal dengan nama pena Beng Rahadian (46), kini menjabat sebagai Kepala Program Studi DKV Institut Kesenian Jakarta. Kegiatan mengajarnya dimulai sejak tahun 2014 setelah lulus dari Sekolah Pascasarjana IKJ di Program Studi Seni Urban dan Industri Budaya. Ketertarikannya pada bidang komik telah digeluti sejak kuliah S-1 di DKV Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan skripsi berjudul Fenomena Komik Independen Indonesia pada tahun 2001. Kegiatan keprofesian Beng sebelum menjadi pengajar adalah menjadi komikus yang telah dimulai sejak tahun 2004.

Buku pertamanya berjudul Selamat Pagi Urbaz disusul komik berjudul Lotif, Candakopi dan Mencari Kopi Aceh.

Pada tahun 2005 Beng mendirikan komunitas komik Bernama Akademi Samali yang membawanya berkenalan dengan berbagai komunitas komik di Nusantara maupun mancanegara. Aktivitas Beng dapat dilihat di akun Instagram @bengrahadian dan menerima korespondensi di email: 1) bengrahadian29@gmail.com 2) bambangrahadian@ikj.ac.id

Daftar Isi

Kover Depan
Halaman Identitas
Prakata
Daftar Isi
Daftar Pustaka
Komik Medan Mutakhir
Seni Kartun di Media Sosial
Komik Dalam Layar dan Komunitas yang Terus Bergerak
Menengok Komik Indonesia-Malaysia
Jejak Gaya Ilustrasi Herge Dalam Komik dan Seni Visual di Indonesia
Tentang Penulis
Kover Belakang