Tampilkan di aplikasi

Bahu-membahu pulihkan layanan pendidikan di Sulawesi Tengah

Majalah Jendela - Edisi 28/November 2018
7 Desember 2018

Majalah Jendela - Edisi 28/November 2018

Kemendikbud bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah mendirikan pos pendidikan melakukan pendataan satuan pendidikan, peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan.

Jendela
Pada 28 September 2018 lalu, gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter disertai tsunami dengan ketinggian mencapai 7 meter melanda berbagai wilayah di Sulawesi Tengah di antaranya Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Beberapa saat setelah puncak gempa tersebut, muncul gejala likuefaksi atau hilangnya kekuatan lapisan tanah di Kelurahan Petobo, Kota Palu yang menambah korban jiwa dan kerugian materiel. Bencana itu tentunya menimbulkan kerugian yang sangat besar termasuk di bidang pendidikan.

Pemulihan akses pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak. Kemendikbud telah mengalokasikan sekitar Rp 246 miliar untuk pemulihan layanan pendidikan pascabencana di Sulawesi Tengah tersebut dan di masa tanggap darurat Kemendikbud juga telah memberikan bantuan logistik berupa makanan, air mineral, obat-obatan, dan lainnya. Selain memberikan akses pendidikan bagi peserta didik, hal itu juga menjadi titik tolak pembangunan kembali kehidupan mereka pascabencana.

“Proses pembelajaran yang terjadi dapat sekaligus menjadi terapi bagi anakanak yang terdampak serta membantu keluarga untuk bangkit kembali,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, di kantor Kemendikbud beberapa waktu lalu. Hal serupa pun diungkapkan oleh Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini, bahwa pendidikan merupakan alat pemulihan penting dalam situasi darurat.

Melalui sekolah, lanjutnya, anakanak dapat dipastikan keberadaannya dan dirawat sebaik-baiknya serta dilindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan dan atau dimanfaatkan oleh sekelompok orang tertentu. “Dengan membangun kembali rutinitas harian dan membantu mengembalikan rasa normal, sekolah menjadi suatu bentuk ruang terapi di tengah-tengah kehancuran akibat bencana,” tutur Debora Comini.
Majalah Jendela di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI