RUMAH bukan hanya sekadar tempat berteduh. Rumah adalah pelabuhan, di mana para penghuninya berangkat dan berlabuh setelah dalam perantauannya. Rumah adalah benteng kehormatan penghuninya. Oleh sebab itu, ia harus kokoh. Maka, shalat adalah tiangnya, zikir adalah pondasinya, dan bacaan al-Qur`an adalah cahaya yang akan menerangi para penghuninya. “Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (At-Tahrim [66]: 6) Rumah tempat tinggal kita harus dibangun dengan kuat. Sebab, ia dibangun dengan pondasi yang kuat: al-Qur`an dan sunnah Rasul. Jangan sampai rumah kita rapuh. Seperti yang Allah gambarkan dalam firmannya: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pe lin - dung selain Allah adalah se perti laba-laba yang membuat rumah.
Dan sesungguhnya ru mah yang paling lemah ialah rumah labalaba kalau mereka me nge ta hui. (Al-Ankabut [29]: 41) Rumah yang kita tempati juga berfungsi sebagai madrasah, di mana seluruh penghuninya belajar dan mengasah diri menjadi Muslim yang kaffah. Di rumah itu harus ada saling menasihati terhadap kebenaran, ketakwaan, kesabaran, dan kasih sayang.
Bila kita seorang suami, kita harus memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin (qawam). Bila kita sebagai istri, harus taat menjaga amanah, dan pandai mengurus anak. Istri yang salehah mampu memberikan suasana yang teduh, lembut, dan memberi semangat suaminya.
Bila kita sebagai ayah, kita harus mampu mendidik anak-anaknya, mengajari mereka shalat, membaca al-Qur`an, melaksanakan puasa. Berzakat dan bersedekah. Selain itu, mengajari anak-anaknya memahami mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang halal dan mana yang haram.
