Tampilkan di aplikasi

Buku Marja hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Hai Muda Mudi Menikahlah

1 Pembaca
Rp 26.000 15%
Rp 22.100

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 66.300 13%
Rp 19.153 /orang
Rp 57.460

5 Pembaca
Rp 110.500 20%
Rp 17.680 /orang
Rp 88.400

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam tulisan ini kami mulai pembahasan mengenai cinta. Sepintas kata ini menawarkan sesuatu yang romantis, melankolis, dan imajinatis. Untuk hal ini kita tidak perlu bersikap seperti burung unta atau munafik. Sikap seperti jinak-jinak merpati juga sering menyebalkan. Untuk berbicara tentang cinta, sikap yang semestinya adalah seperti sikap burung nuri, yang bisa dan biasa terbang tinggi dan jauh, suara elok dan pandai menarik lawan jenis.

Tanpa adanya mawaddah wa rahmah (Qs ar-Rûm: 21) sebagai dasar dan modal utama, pasti tak akan pernah ada engkau, kita dan semua insan di dunia ini. Inilah yang kemudian sering disebut sebagai kasih sayang. Anugerah ini memang sengaja ditanamkan Tuhan pada diri kita agar bisa tumbuh dalam setiap diri manusia. Kasih sayang ini adalah sesuatu yang mesti tumbuh abadi dalam diri manusia.

Buku yang hadir di hadapan Anda ini mengupas tentang indahnya pernikahan dan bahaya akibat meninggalkannya. Di dalamnya, dijelaskan juga langkah-langkah yang mesti ditempuh oleh orangtua dan pasangan muda-mudi yang mendambakan pernikahan yang bahagia.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: H. Sismono
Editor: Tim Marja

Penerbit: Marja
ISBN: 9786237625285
Terbit: Juni 2019 , 117 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam tulisan ini kami mulai pembahasan mengenai cinta. Sepintas kata ini menawarkan sesuatu yang romantis, melankolis, dan imajinatis. Untuk hal ini kita tidak perlu bersikap seperti burung unta atau munafik. Sikap seperti jinak-jinak merpati juga sering menyebalkan. Untuk berbicara tentang cinta, sikap yang semestinya adalah seperti sikap burung nuri, yang bisa dan biasa terbang tinggi dan jauh, suara elok dan pandai menarik lawan jenis.

Tanpa adanya mawaddah wa rahmah (Qs ar-Rûm: 21) sebagai dasar dan modal utama, pasti tak akan pernah ada engkau, kita dan semua insan di dunia ini. Inilah yang kemudian sering disebut sebagai kasih sayang. Anugerah ini memang sengaja ditanamkan Tuhan pada diri kita agar bisa tumbuh dalam setiap diri manusia. Kasih sayang ini adalah sesuatu yang mesti tumbuh abadi dalam diri manusia.

Buku yang hadir di hadapan Anda ini mengupas tentang indahnya pernikahan dan bahaya akibat meninggalkannya. Di dalamnya, dijelaskan juga langkah-langkah yang mesti ditempuh oleh orangtua dan pasangan muda-mudi yang mendambakan pernikahan yang bahagia.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Tulisan ini kami beri judul Hai Muda Mudi, Menikahlah, yang tentu saja bukan asal memberi judul, tapi karena berasal dari potongan seruan Rasulullah Saw terhadap siapa saja; kaum muda, calon pengantin remaja, para usia dewasa yang merasa sudah saatnya untuk menikah, di mana biasanya penuh dengan suasana gembira, mengukir kenangan bahagia, serta sedang berharap dan menyongsong fajar harapan.

Dalam tulisan ini kami mulai pembahasan mengenai cinta. Sepintas kata ini menawarkan sesuatu yang romantis, melankolis, dan imajinatis. Untuk hal ini kita tidak perlu bersikap seperti burung unta atau munafik. Sikap seperti jinak-jinak merpati juga sering menyebalkan. Untuk berbicara tentang cinta, sikap yang semestinya adalah seperti sikap burung nuri, yang bisa dan biasa terbang tinggi dan jauh, suara elok dan pandai menarik lawan jenis.

Tanpa adanya mawaddah wa rahmah (Qs ar-Rûm: 21) sebagai dasar dan modal utama, pasti tak akan pernah ada engkau, kita dan semua insan di dunia ini. Inilah yang kemudian sering disebut sebagai kasih sayang. Anugerah ini memang sengaja ditanamkan Tuhan pada diri kita agar bisa tumbuh dalam setiap diri manusia. Kasih sayang ini adalah sesuatu yang mesti tumbuh abadi dalam diri manusia.

Masalahnya, rasa ini muncul dalam ukuran waktu yang tidak lama, paling lama hanya semusim sesuai dengan keinginan dari kedua belah pihak. Setelah itu perasaan ini menghilang yang selanjutnya menyebabkan adanya perpisahan dari mereka.

Dalam kecenderungan seperti ini maka biarkan mereka yang menumbuhkan rasa kasih sayang di antara mereka, karena hal ini bukan merupakan sesuatu yang tabu. Demikian juga cara mereka dalam mengekspresikan perasaannya, misalnya, dengan surat cinta, atau yang paling mutakhir dengan telepon.

Ada yang menunjukkan dengan tukar-menukar tanda mata seperti sapu tangan merah jambu pada hari-hari tertentu yang dipandang istimewa bagi mereka. Tak kurang juga yang mengungkapkan cinta sambil menikmati indahnya suasana pantai, katakanlah pantai Bali misalnya, dan sebagian lagi mengungkapkannya ketika bertamasya di alam luas meski itu berbahaya karena kata nenek, “Itu berbahaya, kalau cuma berduaan dan berbekal obat-obatan tertentu.”

Tentang pengungkapan seperti itu, kiranya tak perlu membuat seseorang salah tingkah. Lihat saja sekarang, gadis kecil seusia Herlina saja telah demikian fasih berucap, “Aku cinta padamu,” walaupun ini mungkin bukan pengakuan dari dalam lubuk hatinya, melainkan dari menirukan ungkapan-ungkapan orang yang lebih dewasa.

Penulis

H. Sismono - H.R. Sismono bin K.H.R. Zainal Abidin, dilahirkan di Purwokerto, 31 Juli 1944, menempuh pendidikan dasarnya di tanah kelahirannya. Lulusan Pendidikan Guru Agama Negeri (1965) yang masih tetap semangat menulis meski telah memasuki pensiun dari pengabdiannya di Dapartemen Agama ini juga pernah sempat kuliah di FKIS-IKIP Bandung (1965, tidak tamat). Gelar Sarjana Mudanya didapatkan dari Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung. Aktif di beragam organisasi di tingkat lokal, antara lain di Muhammadiyah, IPNU, MUI, dan Parmusi.

Daftar Isi

Sampul
Hai Muda-Mudi, Menikahlah!
Daftar Isi
Cinta sebagai dasar utama
     Arti cinta
     Proses cinta
     Permainan Cinta
     Macam-macam cinta
Menuju pernikahan
Pertunangan
Awas, zina sebelum nikah
Jalan terbaik, menikah
Tentang penulis