Tampilkan di aplikasi

Buku Media Cendekia Muslim hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Ranting Hati

1 Pembaca
Rp 58.000 15%
Rp 49.300
Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Terkadang mencintai dalam diam adalah yang terbaik. Bukan berarti kita sedemikian lemah sehingga memendam, melainkan karena kita sedemikian kuat dalam menjaga batas-batas itu. Karena kita tahu bahwa yang saat ini ada di hati belum tentu yang akan menemani nanti. Cukup dengan mengungkapkannya dalam doa dan dengan usaha untuk selalu memperbaiki diri. Karena cinta adalah musibah ketika hati belum dalam ikatan suci.

Kutipan kalimat di atas yang terselip di buku ini adalah salah satu pintu yang membawa saya masuk ke lorong ‘renungang’ yang sangat jauh. Saya menulisnya dengan hati yang bergetar. Sesekali saya beri tanda jeda untuk kemudian merenungkan buah tulisan yang saya petik sendiri dari hati dan pikiran. Bahwa urusan mencintai adalah seperti menenun benang-benang untuk menjadi sehelai kain. Dan bahkan sebaliknya, adalah mengurai kembali benang-benang yang telah tersusun rapi dari sebuah kain utuh.

Buku ini adalah tempat kita untuk merenung, lalu menyimpulkan sendiri tentang apa-apa yang bersumber dari hati. Lalu menjadikannya obat dalam kehidupan. Terbagi atas empat ranting yaitu: Tentang Rasa, Tentang Filosofi, Tentang Makna yang Belum Tergali, dan Sajak.

Buku yang ditulis bukanlah sebuah novel atau antalogi puisi, apalagi hanya sekadar quote. Buku ini seperti mata air yang mengalir dari pergolakan antara pikiran dan hati. Sehingga dapat dikatakan sebagai hidangan hangat untuk santapan jiwa pembaca.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Mohd. Adrizal

Penerbit: Media Cendekia Muslim
ISBN: 9786026108166
Terbit: Februari 2018 , 130 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Terkadang mencintai dalam diam adalah yang terbaik. Bukan berarti kita sedemikian lemah sehingga memendam, melainkan karena kita sedemikian kuat dalam menjaga batas-batas itu. Karena kita tahu bahwa yang saat ini ada di hati belum tentu yang akan menemani nanti. Cukup dengan mengungkapkannya dalam doa dan dengan usaha untuk selalu memperbaiki diri. Karena cinta adalah musibah ketika hati belum dalam ikatan suci.

Kutipan kalimat di atas yang terselip di buku ini adalah salah satu pintu yang membawa saya masuk ke lorong ‘renungang’ yang sangat jauh. Saya menulisnya dengan hati yang bergetar. Sesekali saya beri tanda jeda untuk kemudian merenungkan buah tulisan yang saya petik sendiri dari hati dan pikiran. Bahwa urusan mencintai adalah seperti menenun benang-benang untuk menjadi sehelai kain. Dan bahkan sebaliknya, adalah mengurai kembali benang-benang yang telah tersusun rapi dari sebuah kain utuh.

Buku ini adalah tempat kita untuk merenung, lalu menyimpulkan sendiri tentang apa-apa yang bersumber dari hati. Lalu menjadikannya obat dalam kehidupan. Terbagi atas empat ranting yaitu: Tentang Rasa, Tentang Filosofi, Tentang Makna yang Belum Tergali, dan Sajak.

Buku yang ditulis bukanlah sebuah novel atau antalogi puisi, apalagi hanya sekadar quote. Buku ini seperti mata air yang mengalir dari pergolakan antara pikiran dan hati. Sehingga dapat dikatakan sebagai hidangan hangat untuk santapan jiwa pembaca.

Pendahuluan / Prolog

Ranting Hati
Tersimpan rahasia besar di dasar hati. Jauh di dasarnya, terdapat aksara langit–ialah ketetapan-Nya mengenai seseorang yang akan mendampingi kita dalam menyelami manis getirnya hidup. Ia yang akan menjadi sahabat, melindungi dan menjaga dalam naungan kasih sayang.

Ia yang akan menjadi tempat untuk bersandar ketika hidup sedemikain hebatnya melesatkan busur ujian menuju dinding-dinding ketabahan. Ketika kita goyah, maka pelukannya akan mengakar untuk meneguhkan kegoyahan. Ketika kita rapuh maka nasihatnya menjadi vitamin bagi hati yang akan menguatkan kerapuhan. Dan ketika kita hilang kesabaran dalam menghadapi peliknya masalah hidup maka sikapnya mampu untuk meredam segala bentuk amarah hingga terciptanya kebersamaan yang berkah.

Penulis

Mohd. Adrizal - Mohd. Adrizal, berasal dari Kerinci, Jambi, sebagai salah satu penulis yang terlahir di sela-sela hujan bulan September. Selain dikenal sebagai penulis, ia juga dikenal sebagai pegiat literasi Jambi melalui komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) yang dipimpinnya sejak tahun 2014. Pria yang pernah dijuluki “Pemuda Inspiratif dan Inovatif” Oleh Koran Jambi Ekspres ini telah banyak menginspirasi kalangan-kalangan muda melalu seminar, talkshow, dimana ia diundang sebagai narasumbernya.

Daftar Isi

Daun Pengantar
Daftar Isi
Ranting Pertama
     Rahasia Hati
     Bukan Wanita, Tetapi Lelaki yang Sulit Dimengerti
     Segala yang Dipendam Akan Berakhir Karam
     Petala Hati
     Kenangan
     Harapan
     Renjana
Ranting Kedua
     Belajar dari Hujan
     Belajar dari Pohon
     Balajar dari Air
     Belajar dari Bintang
     Belajar dari Angin
     Belajar dari Api
Ranting Ketiga
     Ternyata yang Menikah pun Belum Bertemu Jodoh
     Melupakan Berarti Mengingat
     Kita Tidak Pernah Ada di Dunia
     Kita Tidak Pernah Mencintai Tuhan
     Beribadah dengan dusta
     Menyembah tanpa ikhlas
     Menyembah rasa takut
     Setiap Pilihan Adalah Membenci!
     Semua Manusia Tidak Bisa Bahagia
     Di mana letak kebahagiaan?
     Bagaimana kita dapat bahagia?
     Bersedih Lebih Baik Daripada Berbahagia
     Jadilah Sahabat Untuk Takdirmu Sendiri
Ranting Ke empat
     Seselip Sajak
Tentang Penulis