Ikhtisar
Secara garis besar, buku ini mencoba menggambarkan kekayaan seni budaya masyarakat Tengger dalam berbagai upacara tradisional baik yang terkait siklus tahapan hidup manusia maupun yang terkait tata kehidupan masyarakat. Secara khusus, buku ini menawarkan deskripsi mengenai pertunjukan Sodoran dalam Upacara Karo di masyarakat Tengger. Setidaknya, ada dua hasil tentatif dari proses penelitian yang melatarbelakangi buku ini. Pertama, buku ini memberikan temuan lebih terperinci dan barangkali relatif baru berupa deskripsi tentang pertunjukan Sodoran.
Pendahuluan / Prolog
Sodoran Karo
Dengan mengucap Alhamdulilahirobbil’alamin buku yang berikhtiar mengulas serpihan anggun kekuasaan Allah SWT berupa lanskap saujana Tengger ini dapat terwujud. Kepada para pemangku adat, para pihak (stake holder) dan masyarakat Tengger selayaknya disampaikan ucapan terima kasih yang mendalam atas segala ilmu dan pengalaman yang telah disampaikan. Ucapan terima kasih secara khusus dan tulus dialamatkan kepada yang Mulia Romo Eko Warnoto (dukun Pandita Tosari-Telogosari), Romo Puja Pramana (Dukun Pandita Ngadiwono), dan Romo Sukarji (Dukun Pandita Mororejo). Semoga Sanghyang Widi Wasa menjaga Panjengan sebagaimana Beliau menjaga Tengger dan masyarakatnya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Universitas Brawijaya, LPPM UB, dan FIB yang memberikan fasilitas Hibah Penelitian Unggulan (HPU) 2020 sehingga menjadi jalan bagi penulis untuk belajar.
Buku yang bertajuk Sodoran Karo: Telaga Edukasi, Seni, Tradisi, dan Gastronomi Tengger ini memuat delapan (8) Bab berisi uraian tentang tradisi Karo dan tari Sodoran. Bab 1 membahas ringkas fungsi religius, sosial, dan kultural ritual Tengger. Bab 2 membahas kategorisasi ritual Tengger berdasarkan pelaksanaannya, periode waktu, dan kaitannya dengan siklus kehidupan. Bab 3 memaparkan titiluri Tengger sebagai langkah mengikuti dan meneruskan agama, kepercayaan, dan adat istiadat nenek moyang secara turun-menurun. Aktualisasi tradisi ini sekaligus menjadi jalan konservasi kebudayaan Tengger. Bab 4 membahas prinsip Desakalapatra.
Prinsip ini menuntun masyarakat Tengger terbuka dalam memahami dan menerima segala jenis perbedaan, toleran, hidup rukun, dan apresiatif terhadap perbedaan pandangan, keyakinan, kepercayaan, dan tata laku adat. Aktualisasi prinsip ini tampak dalam sebagian besar pelaksanaan tradisi.xiii Potensi kekayaan seni tradisi sakral dan khas yang bernama tari Sodoran diuraikan dalam Bab 5. Tarian Sodoran mengandung nilai filosofis yang sangat mendalam tentang asal mula terjadinya kehidupan. Selanjutnya, Bab 6 membahas salah satu sastra lisan kategori teka-teki lisan yang bernama Cangkriman Kertijoyo. Tradisi bersastra lisan ini digelar dalam konteks upacara suci Karo sehingga pembacaannya tidak sembarangan dilakukan tanpa dilatarbelakangi oleh konteks ritual.
Bab 7 membahas ringkas cangkriman dan narasi Sodoran sebagai tradisi lisan dengan karakteristik sastra lisan yang kuat. Kedua teks ini dinilai sebagai sastra lisan karena memiliki aspek pementasan, menampilkan teks, memiliki audien dan mengetengahkan para penampil. Bab 8 memaparkan bagaimana keragaman dan keunikan hidangan Tengger sebagai bagian kecil dari kompleksitas gastroritual. Akhirnya, Bab 9 membahas muatan nilai-nilai positif tentang kehidupan dalam Sodoran. Bab akhir ini juga mendeskripsi berbagai sarana dan prasarana ritual yang sarat akan nilai-nilai filosofis; makna gerak sebagai lukisan perjalanan kehidupan yang memberikan pemahaman tentang sangkan paran; dan relevansinya sebagai sarana edukasi intromisi bagi generasi muda Tengger melalui jalan titiluri.
Malang, 28 Juni 2020
Penulis
Sony Sukmawan - Dosen pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini memiliki ketertarikan terhadap sastra, sastra lisan, seni tradisi dan folklore. Beberapa tulisan terkait bidang peminatannya ini terbukukan dalam Karya UB untuk Anak Negeri (2013), Menyemai Benih Cinta Sastra (2015), Sastra: Lingkungan (2015), Ekokritik Sastra (2016), Green Folklre (2018), dan Senjakala Bumi (2020). Dua buah karya sastra juga telah ia bukukan, masing-masing adalah kumpulan puisi Ramansa Sepotong Malam (2019) dan antologi puisi bersama Covid-19: Radang dan Ladang kehidupan (2020).
Daftar Isi
Sampul
Pengantar pakar
Kata Sambut
Pengantar penulis
Daftar isi
Bab I Ritual tengger
Bab 2 Ragam ritual tengger
Bab 3 Nitiluri tradisi ritual: Menaati dan melindungi
Bab 4 Desakalapatra dalam tradisi tengger
Bab 5 Tari sodoran dakam slametan hari raya karo
Bab 6 Sastra pentas sodoran cangkriman
Bab 7 Cangkriman dan narasi sodoran
Bab 8 Gastroritual karo
Bab 9 Sodoran dan pendidikan remaja
Biodata penulis