Tampilkan di aplikasi

Buku MNC Publishing hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Antologi Puisi, Sedikit Mengerti

1 Pembaca
Rp 45.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 135.000 13%
Rp 39.000 /orang
Rp 117.000

5 Pembaca
Rp 225.000 20%
Rp 36.000 /orang
Rp 180.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Puisi lahir dari imaji-imaji yang berkeliaran, juga lahir dari realitas-realitas sekitar yang diwarnai dengan khayal. Kata-katanya; kadang kaku walau tidak beku, kadang cair meskipun tidak mencair. Ia selalu hadir dalam lintasan sejarah, menjadi juang walau tidak pernah berjuang, menjadi senjata walau tidak mampu mematikan, atau hanya menjadi teman dalam sepi bagi yang selalu merasa kesepian. Ia selalu unik dalam kehadirannya.

Puisi, tidak sebatas kata yang diikat kalimat, dipoles dengan titik dan koma, yang menjadi bait-bait indah disanggul larik, yang liriknya membariskan rasa, membuat prasa sendiri dalam tubuhnya Rimanya berkelindan di antara huruf huruf, bermusik ria antara kata; di awal, di tengah, kadang di akhir. Terserah ah, di mana pun ia suka intuk berima. Karena dalam puisi tak ada paksaan, apalagi harus dipaksa, ia adalah sungai bandang yang bisa menghentak, ia laut yang mampu metsunami, kadang angin yang semilir, kadang pula kapas yang manut pada angin. Terserahlah!!. Wajahnya juga berbeda-beda; di awali huruf sanggul, baris, di akhiri titik, kadang juga koma, atau tanpa titik dan koma.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Susiana

Penerbit: MNC Publishing
ISBN: 9786024626907
Terbit: Januari 2022 , 92 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Puisi lahir dari imaji-imaji yang berkeliaran, juga lahir dari realitas-realitas sekitar yang diwarnai dengan khayal. Kata-katanya; kadang kaku walau tidak beku, kadang cair meskipun tidak mencair. Ia selalu hadir dalam lintasan sejarah, menjadi juang walau tidak pernah berjuang, menjadi senjata walau tidak mampu mematikan, atau hanya menjadi teman dalam sepi bagi yang selalu merasa kesepian. Ia selalu unik dalam kehadirannya.

Puisi, tidak sebatas kata yang diikat kalimat, dipoles dengan titik dan koma, yang menjadi bait-bait indah disanggul larik, yang liriknya membariskan rasa, membuat prasa sendiri dalam tubuhnya Rimanya berkelindan di antara huruf huruf, bermusik ria antara kata; di awal, di tengah, kadang di akhir. Terserah ah, di mana pun ia suka intuk berima. Karena dalam puisi tak ada paksaan, apalagi harus dipaksa, ia adalah sungai bandang yang bisa menghentak, ia laut yang mampu metsunami, kadang angin yang semilir, kadang pula kapas yang manut pada angin. Terserahlah!!. Wajahnya juga berbeda-beda; di awali huruf sanggul, baris, di akhiri titik, kadang juga koma, atau tanpa titik dan koma.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat dan Rahmat serta Ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan Antologi Puisi Sedikit Mengerti pada edisi pertama ini. Shalawat serta salam juga kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik dalam perkataan, perbuatan atau perilaku sehari-hari.

Puisi lahir dari imaji-imaji yang berkeliaran, juga lahir dari realitas-realitas sekitar yang diwarnai dengan khayal. Kata-katanya; kadang kaku walau tidak beku, kadang cair meskipun tidak mencair. Ia selalu hadir dalam lintasan sejarah, menjadi juang walau tidak pernah berjuang, menjadi senjata walau tidak mampu mematikan, atau hanya menjadi teman dalam sepi bagi yang selalu merasa kesepian. Ia selalu unik dalam kehadirannya.

Puisi, tidak sebatas kata yang diikat kalimat, dipoles dengan titik dan koma, yang menjadi bait-bait indah disanggul larik, yang liriknya membariskan rasa, membuat prasa sendiri dalam tubuhnya Rimanya berkelindan di antara huruf huruf, bermusik ria antara kata; di awal, di tengah, kadang di akhir. Terserah ah, di mana pun ia suka intuk berima. Karena dalam puisi tak ada paksaan, apalagi harus dipaksa, ia adalah sungai bandang yang bisa menghentak, ia laut yang mampu metsunami, kadang angin yang semilir, kadang pula kapas yang manut pada angin. Terserahlah!!. Wajahnya juga berbeda-beda; di awali huruf sanggul, baris, di akhiri titik, kadang juga koma, atau tanpa titik dan koma.

Kata-kata dalam puisi selalu menjadi pengantin, dari pinangan (diksi) sang kekasih, menuju pelaminan dengan wajah (tipografi) cantik, malam-malamnya dihias dengan imaji-imaji (auditif, visual, taktil) cinta. Ketika mentari sudah tanpak, batinnya memburu; sense (makna), feeling (rasa), tone (nada), dan intention (amanat).

Setiap puisi yang dicipta, memiliki alasan untuknya, tetapi kadang tidak ada alasan, mengapa ia harus dicipta. Bagi seorang penyair, kadang tidak butuh mengapa, kapan, di mana, bagaimana dan lainnya, yang ia butuhkan hanya pena dan lontar, titik. Dalam antologi ini, beberapa penyair, sepertinya juga begitu, ia lahirkan, bahkan ia aborsikan puisinya untuk sebuah ketenangan jiwanya, setelah selesai ia biarkan untuk dinikmati bagi yang ingin meikmatinya, tetapi bagi yang tidak suka, biarkan ia mencari puisi lainnya. Karena alasan untuk mencipta sepertinya tidak terlalu penting.

Antologi puisi ini adalah rekaman peristiwa yang yang menarik untuk dikaji, diteliti, direnungi, dan diapresiasi. Bagaimana para penyair mempermainkan kata biasa, menjadi bernada, dipenuhi nafas makna. Selamat membaca.

Malang, Juli 2021
Penulis

Daftar Isi

Sampul
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Matahari
Alamku
Papa
Sekolahku
Ulang Tahun
Bunda
Si Manis
Terima Kasih
Panca Indra
Malaikatku
Guruku
Embun Pagi
Gigi
Bajuku
Sandhy Putra
Negeriku Indonesia
Guruku
Rumahku
Air
Ikan
Salak
Pasuruan
Sang Pencipta
Sepeda
Singa
Sekolahku
Ibu
Boneka
Sepatu
Hujan
Rumah
Mawar
Kucing
Ayah
Laut
Pasuruan
Nyamuk
Petani
Pelangi
Merah Putih
Profil Penulis