Ikhtisar
Hari ini libur, ingin rasanya aku memanjakan diri untuk bermalas-malasan di tempat tidur, menikmati hangat berpelukkan dengan guling kesayangan. Entah mengapa seperti ada firasat akan ada teman yang datang sehingga memaksaku untuk segera bangun. Sisa hujan semalam seolah masih menyisa embun di bibir jendela begitu berkilau bulir beningnya. Teriakkan Adelia dari balik pintu kamar yang menyebut namaku membuat terjingkat dan seketika lamunanku terjatuh di lantai.
Pendahuluan / Prolog
Aku Tetap Cinta
Hari ini libur, ingin rasanya aku memanjakan diri untuk bermalas-malasan di tempat tidur, menikmati hangat berpelukkan dengan guling kesayangan. Entah mengapa seperti ada firasat akan ada teman yang datang sehingga memaksaku untuk segera bangun. Sisa hujan semalam seolah masih menyisa embun di bibir jendela begitu berkilau bulir beningnya. Teriakkan Adelia dari balik pintu kamar yang menyebut namaku membuat terjingkat dan seketika lamunanku terjatuh di lantai.
"Kak..., buruan bangun kata mama sudah di bikinkan kopi kesukaan kakak." Aku memang pecandu wedang kopi, kopi apa saja, capucino, latte, hitam, luak. Pokoknya jenis kopi tapi, yang paling aku suka latte. Ngomongin rasa kopi aroma kopi dari ruang tamu semakin membaur menggoda penciumanku, mengharuskan aku turun dari kamarku yang di lantai dua.
Meski aku pun harus merasa sakit, jika mengingat aroma kopi. Karena Prakas lelaki yang sering membuatkanku secangkir kopi, kini hanya menjadi masa lalu. “Pagi ma,” sapaku pada mama yang kelihatan sibuk menyiapkan sarapan. “Pagi juga sayang, buruan di minum kopinya." perintah mama dengan senyum lembutnya. Aku menghampiri kopi yang menguap asapnya, aromanya yang membaur keseluruh ruangan bahkan hingga teras depan.
Terdengar riuh dari ruang tamu, suara Ayah sedang berbincang dengan seseorang, rupanya benar pikiranku. Ternyata tamu itu, teman ayah, Om Harjo yang tinggal di kota, " Tulung agung". "Kak, nikmat mana, kopi buatan mama atau buatan kak Prakas?" Sontak aku terkejut mendengar pertanyaan Adelia. Sehingga membuat mama yang sibuk dengan pekerjaanya serentak menyetop Adelia yang masih menunggu jawabanku.
Adelia, memang masih kecil masih usia sepuluh tahun ia belum paham masalah apa yang terjadi aku dengan Prakas. Sehingga ia merasa rindu setelah kedekatannya dengan Prakas yang sudah seperti adik kakak harus terputus begitu saja. Mungkin dia merasa merindukan saat-bercanda.
Daftar Isi
Sampul
Daftar Isi
Aku Tetap Cinta
Amor
Bukan Sekedar Ngopi
Café
Cinta Segelas Moccacino
Dibalik Pahitnya Kopi
Dua Cangkir Kopi Hitam
Gadis Latte di Penghujung Senja
Kafetaria Rasa Masa
Kopi Untuk Nanti
Life Is Colorful
Minyak Di Dasar Cangkir
Perempuan yang Terasing di Dalam Tubuhnya Sendiri
Rasa Pengantar Kopi
Secangkir Kopi Hitam dan Sepenggal Memori
Secangkir Kopi Untuk Senja Dan Kenangan
Secangkir Perubahan
Segelas Besar Kopi Untuk Nenek
Sepekat Robusta Di Ujung Malam
Sesendok Kebahagiaan
Assalamua’alaykum warohmatullahi wabarokatuh
Sparkle Rose In April
Surat kecil untuk Ayah
Tuan Kopi dan Nona Cokelat
Ungkapan Hati Ibu
The Untold Story
Tegukan Yang Belum Berakhir
Terpahit
The Black Memory