Tampilkan di aplikasi

Duniamu juga duniaku

Majalah Mulia - Edisi 6/2017
11 September 2017

Majalah Mulia - Edisi 6/2017

Perbedaan tak bisa dipaksakan untuk jadi kesamaan. Namun, penghargaan, kasih sayang, dan ketulusan, tetap dapat terwujud dengan pengertian.

Mulia
Saat mengikatkan diri dengan akad, setiap pasangan pasti datang dengan latar belakang yang berbeda. Sekalipun sama-sama satu profesi yang menurut kebanyakan orang akan lebih memudahkan untuk saling memahami, setiap orang tetap memiliki latar belakang dan keunikan yang berbeda. Namun, pernahkah kita pikirkan bersama bahwa Allah Subhanahu Wata’ala begitu hebatnya dalam mempersatukan hamba-hamba-Nya, berpasangan-pasangan dalam ikatan pernikahan?

Dengan sekian panjang deret perbedaan, tetapi kemudian menyatakan bersedia bersama dalam perbedaan. Kesediaan inilah yang ditumbuhkan dalam diri manusia hingga akhirnya kedua belah pihak bersedia menjalani masa penyesuaian. Adaptasi, begitulah kira-kira, di awal-awal masa pernikahan. Ke mana pun pasangannya pergi, maka ia pun akan mengiringi. Perbedaan sebesar apa pun, dicoba untuk dipahami.

Lalu, apakah yang sebenarnya terjadi, bila kemudian, ketika umur pernikahan telah melalui tahun-tahun penyesuaian, justru yang ada adalah keengganan untuk bersama? Atau karena telah merasa, yaa... itulah perbedaan di antara kita? Sejatinya, perbedaan memang selalu ada. Di awal atau di akhir perkawinan, perbedaan itu tetap memiliki asal kata yang sama.

Beda. Perbedaan memang tak bisa jadi persamaan, tetapi terbangunnya sebuah jembatan yang akan membuat dua dunia jadi bergandengan. Sehingga apa yang sudah dipahami dan dipelajari selama masa-masa penyesuaian, tidaklah buyar begitu saja. Karena, menyamakan perbedaan tentu tak akan bisa. Biarkanlah dia menjadi dirinya dan Anda menjadi diri Anda sendiri.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI