Tampilkan di aplikasi

Merajut hikmah dari kisah Nurul Fahmi

Majalah Mulia - Edisi 3/2017
11 September 2017

Majalah Mulia - Edisi 3/2017

Menghafal Al-Qur’an, menelaah kandungannya, serta beristikomah dalam menjalankan pedoman di dalamnya, adalah bentuk kongkrit dari pembelaan itu.

Mulia
Secara tibatiba, nama Nurul Fahmi (NF) menjadi ‘buah bibir’ seantero Indonesia. Pemberitaannya berharihari menghiasi media massa, baik online, cetak, maupun elektronik. Para tokoh nasional sekelas pakar hukum tata negara; Prof. Yusril Ihza Mahendra, juga angkat bicara.

Ketenaran NF tak lepas dari keputusan pihak kepolisisan yang menetapkannya sebagai tersangka dugaan pencemaran simbolsimbol negara. Terkait hal ini adalah bendera merah putih, yang terdapat tulisan kalimat tauhid, serta buah bilah pedang yang membentuk silang di bawahnya.

Ya NF memang kerap membawa bendera ‘kebanggaannya’ itu setiap kali mengikuti serentetan ‘aksi bela Islam.’ Hal inilah yang kemudian disoal oleh pihak keamanan, yang kemudian menyiduk dan memenjarakannya. Pada per kembang annya, NF banyak menerima simpati dari segenap masyarakat.

Tidak hanya moril, namun juga materil. Lebih dari itu, berkat pengorbanan seorang dai kondang yang rela menjadi jaminan, NF pun dilepaskan. Ia kembali bisa menghirup udara segar, setelah beberapa hari lamanya mendekam di balik jeruji besi. Hal menarik lainnya, ternyata pemuda yang baru saja dikarunia seorang bayi ini, seorang hafidz.

Lebih spesial, gelar hafidznya itu didapat dari Masjid Qiblatain, Arab Saudi. Tak berlebih kiranya bila kita menyimpulkan NF merupakan sosok pecinta alQur’an. Pertama; ia seorang. Ini satu indikasi bahwa ia sangat mencintai Al-Quran.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI