Tampilkan di aplikasi

Menanamkan jiwa kedermawanan pada anak

Majalah Mulia - Edisi 12/2017
2 Januari 2018

Majalah Mulia - Edisi 12/2017

Kedermawanan adalah ciri orang Islam, dan kemurahan hati adalah adat kebiasaannya.

Mulia
Seperti menanam pohon jati, demikian kiranya dengan penanaman jiwa kedermawanan pada anak. Tidak bisa sekaligus, secepat kilat, dan sekadar berlatih. Tetapi butuh proses dan pengawalan terus menerus dari kedua orangtua. Adalah hal yang patut disyukuri saat anak-anak kita terbiasa meminta uang infak setiap Jumat yang diserahkan ke sekolah atau masjid.

Tetapi, sekadar terus memberikan uang infak sebenarnya ada sisi yang belum benar-benar terpenuhi dari proses penanaman jiwa peduli pada mereka. Perlu perlakuan yang lebih mengarah pada sisi kesadaran buah hati kita bahwa dalam peduli, baik dengan berinfak atau berderma, yang terpenting untuk dipersiapkan adalah sisi kesungguhan mengumpulkan uang atau barang yang akan disedekahkan.

Jadi, bukan sekadar ambil dari orangtua dan menyerahkan ke sekolah, tapi anak itu sendiri tidak mempunyai rasa memiliki uang itu, sehingga tidak ada ekspresi dan kesan apapun dari latihan yang sangat mulia tersebut, selain dari sekadar ingat bahwa setiap Jumat mesti berinfak, berderma, dan peduli.

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imran [3]: 92).

Artinya, anak harus mempersiapkan yang terbaik sebelum menyerahkan infak kepada siapa pun. Misalnya dengan mendorong mereka untuk bisa menyisihkan uang jajan, yang jika hal tersebut dilakukan setiap hari, pada hari Jumat akan mencapai jumlah tertentu dan langsung diinfakkan. Cara ini akan muncul “pertarungan” dalam hati anak antara menahan atau segera menginfakkannya.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI