Tampilkan di aplikasi

Bersiap di dunia untuk akhirat

Majalah Mulia - Edisi 2/2018
6 Februari 2018

Majalah Mulia - Edisi 2/2018

Manusia yang beruntung dan bahagia adalah yang menjadikan dunia sebagai ladang beramal.

Mulia
Sejatinya setiap manusia menyadari bahwa hidupnya di dunia akan bertemu titik akhir berupa kematian. Saat kematian itu tiba, sirnalah segala kenikmatan hidup. Tinggallah manusia sebatang kara, terbujur kaku di dalam kubur. Namun, rasio manusia tidak kehilangan cahaya kala berbicara kematian.

Sebab, kematian adalah satu jalan bagi manusia untuk membuka pandangan mata hatinya terhadap hakikat kebenaran dan kehidupan itu sendiri. Islam memberikan penjelasan bahwa kehidupan di dunia ini laksana pertanian menuju akhirat. Siapa yang menanam kebaikan ia akan memperoleh kebaikan, dan sebaliknya.

Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin berkata, “Tidaklah mungkin untuk menghasilkan bibit (tanaman) ini kecuali di dunia. Tidak ditanam, kecuali pada kalbu, dan tidak dipanen kecuali di akhirat.” Kemudian Al-Ghazali mengutip hadits Nabi, “Kebahagiaan yang paling utama adalah panjang umur di dalam taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Dalam kata yang lain, jika ditanya, siapa manusia yang beruntung dan bahagia, adalah yang menjadikan dunia sebagai ladang beramal, “bercocok tanam” untuk kebaikan akhiratnya. Dalam hal ini, ayat Al-Qur’an sangat eksplisit menjelaskan.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI